Banyak orang merasa kehilangan makna dalam aktivitas sehari-hari karena rutinitas kerja yang monoton. Sebagian besar karyawan sering bertanya-tanya, "Apakah ini semua layak diperjuangkan?" karena berbagai hal, mulai dari pekerjaan yang berulang hingga tekanan untuk mencapai target." Eksistensialisme, sebuah tradisi filosofis yang berpusat pada pencarian makna dalam hidup, menawarkan cara yang menarik untuk menyelesaikan masalah ini. Filosofi eksistensialisme tidak hanya relevan untuk refleksi pribadi tetapi juga dapat diterapkan di tempat kerja. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang apa artinya kebebasan, tanggung jawab, dan autentisitas, kita dapat menemukan makna dalam rutinitas yang tampaknya tidak memiliki arti.
1. Memahami Eksistensialisme di Tempat Kerja
Konsep eksistensialisme menyatakan bahwa kitalah yang harus menciptakan makna hidup kita sendiri. Dalam hal pekerjaan, ini berarti bahwa pekerjaan apa pun yang Anda lakukan akan terasa kosong jika Anda tidak memberikan makna kepadanya. Seorang karyawan yang bekerja di bidang logistik, misalnya, mungkin merasa terperangkap dalam beban tugas berulang. Namun, pekerjaannya bisa terasa lebih bermakna jika dia melihat pekerjaannya sebagai bagian penting dari menjaga distribusi barang yang dibutuhkan masyarakat tetap lancar.
Autentisitas adalah dasar eksistensialisme. Ini berarti bekerja di tempat kerja sesuai dengan prinsip dan tujuan pribadi. Namun, banyak karyawan yang kehilangan arah karena terjebak dengan harapan bos atau standar masyarakat. Untuk benar-benar bekerja, Anda harus tahu apa yang Anda inginkan. Apakah itu pengakuan, kesempatan untuk belajar, atau hanya keinginan untuk membantu orang lain? Productivity dan kepuasan akan meningkat secara alami ketika pekerjaan Anda disesuaikan dengan nilai-nilai tersebut.
Selain itu, filsafat ini menekankan pentingnya kebebasan untuk menentukan arah. Dalam konteks pekerjaan, ini berarti menyadari bahwa Anda selalu memiliki pilihan, terlepas dari kesulitan yang timbul. Meskipun Anda mungkin tidak dapat secara langsung mengubah pekerjaan sehari-hari Anda, Anda dapat melakukan perubahan kecil pada cara Anda melihatnya atau mengambil langkah-langkah kecil untuk mencapai pekerjaan yang benar-benar Anda inginkan.
2. Menciptakan Makna dari Rutinitas
Rutinitas sehari-hari dianggap membosankan dan melelahkan bagi banyak orang. Meskipun demikian, eksistensialisme menawarkan perspektif yang berbeda tentang rutinitas ini. Menurut filsuf seperti Viktor Frankl, bahkan hal-hal kecil bisa memiliki makna. Seorang resepsionis, misalnya, mungkin menganggap pekerjaannya hanya sekadar menyapa orang. Namun, jika mereka melihat pekerjaan mereka sebagai cara untuk menciptakan suasana hangat bagi setiap tamu, pekerjaan mereka bisa menjadi pengalaman yang lebih signifikan.
Sebaliknya, kita sering lupa bahwa rutinitas memberikan struktur pada hidup kita. Rutinitas memungkinkan kita untuk mengambil langkah kecil untuk mencapai tujuan jangka panjang. Contohnya, seorang penulis mungkin menganggap menulis laporan harian sebagai hal yang membosankan. Namun, jika mereka melihatnya sebagai latihan untuk meningkatkan kemampuan menulis mereka, mereka dapat melihat nilainya dalam mengembangkan diri mereka sendiri. Membagi rutinitas menjadi tujuan kecil adalah cara lain untuk menciptakan makna. Jika tugas besar tampak terlalu berat bagi Anda, coba baginya menjadi tugas-tugas kecil yang bisa Anda selesaikan setiap hari. Seorang desainer grafis yang harus menyelesaikan proyek besar bisa memulai dengan fokus pada satu aspek desain setiap hari. Melihat hasil dari usaha kecil ini akan mendorong Anda untuk melakukan lebih banyak.
3. Mengatasi Kegelisahan Eksistensial dalam Karier
Ketika seseorang merasa terjebak di tempat kerjanya atau merasa bahwa pekerjaannya tidak sesuai dengan tujuan mereka, mereka mungkin mengalami kegelisahan eksistensial. Menurut eksistensialisme, kegelisahan ini adalah bagian alami dari kehidupan manusia dan dapat menjadi tanda bahwa perubahan perlu dilakukan. Alih-alih menghilangkan perasaan ini, gunakannya sebagai dorongan untuk mencari solusi. Langkah pertama adalah menemukan alasan mengapa Anda gelisah. Tidakkah pekerjaan Anda menantang? Apakah Anda pikir budaya perusahaan tidak sejalan dengan prinsip pribadi Anda? Misalnya, seorang pekerja periklanan mungkin tidak nyaman mempromosikan produk yang tidak mereka sukai. Dalam situasi seperti ini, mencari bisnis atau proyek yang sejalan dengan nilai pribadi dapat membantu mengurangi ketegangan.
Langkah berikutnya adalah bertanggung jawab atas perubahan. Banyak orang merasa tidak berdaya di tempat kerja karena mengira keadaan tidak dapat mereka kontrol. Namun, eksistensialisme mengingatkan kita bahwa meskipun kita hanya memiliki sedikit pilihan, kita masih memiliki pilihan. Contohnya, jika Anda merasa pekerjaan saat Anda tidak sesuai dengan minat Anda, Anda bisa mulai memperluas jaringan profesional Anda atau belajar keterampilan baru yang terkait dengan pekerjaan yang Anda inginkan. Terakhir, jika keadaan benar-benar tidak dapat diubah, jangan ragu untuk merencanakan jalan keluar yang bijaksana. Misalnya, seorang karyawan yang mengalami stagnasi di tempat kerjanya dapat mempersiapkan transisi karier dalam waktu enam bulan dengan mengambil waktu untuk mengikuti kursus online atau memperoleh sertifikasi baru. Dengan cara ini, Anda tidak hanya mengatasi kesulitan hidup tetapi juga menciptakan peluang baru untuk masa depan.
Kesimpulan
Eksistensialisme menawarkan perspektif baru tentang dunia kerja. Kita dapat menghadapi tantangan pekerjaan dengan lebih bijaksana dengan menciptakan makna dari rutinitas, bekerja secara autentik, dan mengambil tanggung jawab atas karier kita. Dunia kerja tidak harus menjadi beban; sebaliknya, itu bisa menjadi tempat untuk menemukan diri dan menjadi bahagia. Kami akan membantu Anda menjadikan pekerjaan Anda lebih dari sekadar rutinitas; itu akan menjadi perjalanan yang memiliki makna!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H