Mohon tunggu...
bayu bagus permadi
bayu bagus permadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Sebagai penulis, saya percaya bahwa kata-kata adalah kekuatan untuk menyampaikan emosi, menggugah pikiran, dan membangun koneksi antarmanusia."

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antara Ketakutan dan Harapan, Persepsi Masyarakat terhadap Pemimpin Masa Depan

11 November 2024   08:59 Diperbarui: 11 November 2024   08:59 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi/Ilustrasi Ekpresi Masyarakat

Saat pemilihan umum atau pergantian pemimpin dekat, masyarakat seringkali penuh harapan tetapi juga takut. Setiap pergantian pemimpin dilihat sebagai kesempatan baru untuk perbaikan, terutama dalam bidang penting seperti ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Namun, masyarakat menjadi skeptis karena pengalaman politik masa lalu yang kadang-kadang mengecewakan. Banyak orang percaya bahwa janji kampanye hanyalah "bunga-bunga" politik yang sulit dilaksanakan.

Namun, beberapa orang khawatir bahwa kepemimpinan baru mungkin tidak melakukan apa-apa yang berbeda atau malah melakukan kesalahan yang sama. Misalnya, jika seorang pemimpin memilih untuk berfokus pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu daripada memenuhi kebutuhan masyarakat, masyarakat akan kecewa. Pandangan seperti ini bukan tanpa alasan; dalam sejarah politik, kegagalan untuk memenuhi janji seringkali menyebabkan masyarakat kehilangan kepercayaan pada pemerintah.Contohnya, selama pemilu sebelumnya, banyak kandidat yang menjanjikan peningkatan lapangan kerja, tetapi tingkat pengangguran tetap tinggi. Ini menimbulkan keraguan masyarakat tentang kepedulian pemimpin masa depan terhadap kesejahteraan umum atau hanya berbicara untuk mendapatkan suara. Saya akan membahas berbagai aspek perspektif masyarakat tentang pemimpin masa depan. Ini termasuk harapan besar masyarakat, kekhawatiran yang muncul, perbedaan antara janji politik dan kenyataan, dan peran masyarakat sendiri dalam memilih dan mengawasi pemimpin yang terpilih.

1. Harapan Besar untuk Perubahan Positif

Dok. Pribadi/Janji Abal Abal
Dok. Pribadi/Janji Abal Abal

Faktor utama yang mendorong masyarakat untuk mendukung pemimpin di masa depan adalah harapan. Mereka mengharapkan individu yang tidak hanya berkuasa tetapi juga berdedikasi untuk mengubah dunia, terutama dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan layanan kesehatan. Pemimpin yang ideal bagi masyarakat adalah mereka yang sensitif terhadap masalah masyarakat, memahami masalah akar rumput, dan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah secara nyata---bukan hanya dalam kampanye atau retorika politik semata.

Dalam bidang ekonomi, masyarakat berharap pemimpin baru dapat menyediakan lebih banyak lapangan kerja yang merata. Angka pengangguran tinggi di kalangan lulusan baru di Indonesia adalah masalah nyata yang mempengaruhi kehidupan banyak keluarga. Oleh karena itu, salah satu daya tarik utama dalam kampanye politik adalah janji untuk meningkatkan ketersediaan lapangan kerja. Masyarakat juga mengharapkan adanya kebijakan yang dapat membuat kebutuhan pokok lebih murah bagi semua orang.

Meskipun demikian, harapan besar ini tidak terbatas pada ekonomi. Masyarakat dalam bidang pendidikan berharap para pemimpin baru dapat membuat kebijakan yang lebih baik untuk pendidikan dan lebih mudah diakses. Pendidikan dianggap sebagai investasi jangka panjang bagi generasi mendatang, sehingga penting untuk memberikan perhatian khusus pada sektor ini. Dengan adanya kebijakan yang mendukung pendidikan berkualitas tinggi, masyarakat dapat mengharapkan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Harapan inilah yang mendorong masyarakat untuk bergantung pada pemimpin yang dapat membawa perubahan.

2. Kecemasan akan Terulangnya Sejarah yang Sama

Dok. Pribadi/ Ilustrasi Demo
Dok. Pribadi/ Ilustrasi Demo

Namun, kecemasan yang kuat muncul bersamaan dengan harapan besar. Ketidakpercayaan terhadap pemimpin baru sering kali disebabkan oleh pengalaman masa lalu. Banyak janji kampanye yang terdengar menjanjikan tidak terwujud. Akibatnya, kepercayaan terhadap pemerintah sering kali menurun, terutama ketika pemimpin yang terpilih berkonsentrasi pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu daripada kepentingan umum.

Sebagai contoh, kasus korupsi yang melibatkan pejabat publik sering menimbulkan ketidakpercayaan publik. Masyarakat menyaksikan penyalahgunaan dana publik yang seharusnya dialokasikan untuk program kesejahteraan oleh individu-individu yang berkuasa. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan yang mendalam dan ketakutan bahwa kepemimpinan berikutnya akan melakukan hal yang sama. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa para pemimpin baru akan terlalu fokus pada kepentingan pribadi atau kepentingan politik mereka sendiri daripada memperhatikan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya.

Kecemasan seperti ini juga tercermin dalam ketidakpastian masyarakat terhadap janji-janji politik. Banyak yang merasa, "apakah kali ini pemimpin baru benar-benar akan memenuhi janjinya?" atau "apakah mereka benar-benar peduli pada kebutuhan rakyat?" Keraguan ini muncul karena ketidakcocokan antara apa yang dikatakan selama kampanye dan realita yang dihadapi masyarakat setelah pemimpin terpilih. Kecemasan ini wajar mengingat sejarah yang berulang kali menunjukkan bahwa perubahan kepemimpinan tidak selalu membawa dampak positif yang nyata bagi masyarakat.

3.  Antara Janji Politik dan Realitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun