Liga Primer Inggris, selalu menyediakan epik menarik tiap musim. Plot cerita yang tricky, menyelimuti sebuah perjalanan liga sepakbola yang paling mahsyur di dunia selama satu musim lamanya. Jutaan pasang mata manusia selalu penasaran akan tirai cerita bagaimanakah yang akan dibuka oleh Liga Primer Inggris tiap musimnya. Tirai cerita liga yang setiap musim terbukti selalu bisa membolak balik posisi klub yang diprediksi akan menjadi penguasa, tidak ada status quo abadi di ranah sepakbola Inggris.
 Musim ini pula, menjadi musim yang mungkin sudah ke 20 bagi sosok pelatih karismatik Arsenal asal Prancis Arsene Wenger. Pelatih yang bisa dibilang sangat awet dalam alam kepelatihan sekelas Liga Primer Inggris, dimana pelatih semengkilap apapun curriculum vitae-nya seringkali tidak bernilai maupun berdaya di tengah tingginya tuntutan suporter maupun gengsi manajemen klub. Pemecatan adalah lumrah, tapi Wenger selalu aman, meski 10 musim gelar liga tak kunjung menjadi cerita fans Arsenal yang setia menunggu, termasuk saya pribadi. Hehe.
Musim baru Liga Inggris ini seolah menjadi ajang revelasi bagi klub-klub besar untuk mengembalikan nama harum mereka setelah semusim sebelumnya tim-tim besar Inggris harus mau dipermalukan oleh kisah manis Leicester City. Klub-klub besar Inggris melakukan jor-joran biaya, bahkan melakukan pergantian yang mendasar tapi mengakar demi merebut kembali kisah indah dari tim asuhan Claudio "Tinkerman" Ranieri, yaitu berupa pergantian pelatih dan rezim yang bakal dibawanya.Â
Dimulai dari kegaduhan revolusi klub-klub kota Manchester, kemudian Chelsea dari London, dan Liverpool juga tim-tim lain yang berupaya "mengubah" wajahnya menjadi lebih ciamik pada musim ini demi kesiapan ketatnya kompetisi. Tapi, Arsenal terkesan adem ayem, setali tiga uang dengan apa yang dilakukan Wenger.
Manchester, diwakili bendera United dan City seolah telah membiarkan pasar transfer musim ini sebagai panggung kesungguhan mereka. Bujet sebesar lebih dari 1 triliun telah mereka hamburkan di lantai transfer demi memperbaiki kisah musim lalu yang tak sesuai ekspektasi. Kedatangan Mourinho di kubu Merah, seiring kedatangan Guardiola di kubu Biru Laut, seolah membangkitkan kembali aura yang hilang dari dua tim ini sepanjang musim lalu, Gairah untuk menjadi penguasa meletup kembali untuk mereka seiring kedatangan Ibra, Pogba bagi Devils dan kedatangan Stones maupun Leroy Sane bagi Citizens.Â
Jangan lupakan pula Chelsea, yang meski kali ini tak boros namun mereka mengganti langsung filosofi tim dengan mengusung nama Antonio Conte di kursi panas. Conte mungkin belum setenar Mou maupun Pep, namun gaya melatihnya yang keras dan meledak-ledak serta penuh ambisi bisa jadi menghidupkan kembali rival lama ini yang sempat lesu sepanjang musim kemarin. Begitu pula Liverpool yang terus berupaya mengupgrade gegenpressing nya serta terus memperbarui lini per lini untuk menyokong poros utama permainan yaitu duo Firmino-Coutinho.Â
Apalagi beberapa dari mereka tidak bermain di Eropa musim ini, so bisa jadi mereka benar-benar akan menggeliat musim ini seiring Tottenham yang makin matang dan West Ham dengan semangat stadion baru, Olympic. Lalu, bagaimana Arsenal?
Pra-musim sebenarnya berjalan cukup baik bagi Arsenal. Wenger mampu menghidupkan eksplosivitas tim walau Arsenal kehilangan hampir barisan kekuatan utama selama pramusim. Peran mereka secara cerdas diganti Wenger dengan peran-peran penting yang mulai bisa dimainkan pemain muda potensial seperti Alex Iwobi, Joel Campbell, Chuba Akpom, Krystian Bielik bahkan sang rekrutan baru, Rob Holding. Namun, harus disadari bahwa Arsenal bahkan tak menambah pemain baru untuk posisi krusial macam bek tengah yang memang sialnya sedang dirundung badai cedera. Menambah memang, berupa perwujudan pemain muda potensial asal Bolton bernama Rob Holding.Â
Namun, dalam tanda kutip disini yang menjadi masalah adalah pemain yang cedera merupakan pemain yang secara pengalaman matang seperti Koscielny, Merte, bahkan Gabriel. Chambers memang potensial, namun seiring berpartner dengan Holding yang menjadi awal partnership keduanya dalam laga kompetitif resmi dengan iklim cepat Liga Primer Inggris, dan langsung dihadapkan pada pemain dengan agresivitas macam Sadio Mane-Firmino-Coutinho, ketenangan mereka hanya bertahan satu babak saja. Meski Wenger dan pasukannya beraksi di depan pendukung setianya di Emirates, Arsenal babak kedua terlihat sangat rapuh dan jauh dari babak pertama. Harusnya Wenger paham, kematangan di laga tersebutlah pembedanya.
Masih terngiang jelas ketika pemberitaan Ibra telah resmi, Pogba menyeruak, dan Manchester Biru sibuk mencomot pemain pemain label wonderkid di daftar belanja mereka. Begitu pula ketika Liverpool sibuk memperbarui lini tengah,belakang, dan depan selepas kepergian Kolo Toure dan Joe Allen. Tottenham berusaha menambah tembok tebal dengan meresmikan sang jangkar Kenya, Victor Wanyama. Sedang yang disesalkan, Arsenal dan Wenger masih sibuk tarik ulur mengenai pertimbangan merekrut Shkodran Mustafi.Â
Yang bahkan belum kelar dan tuntas hingga detik artikel ini ditulis. Sehingga pada laga lawan Leicester kemarin Koscielny yang tampak belum sepenuhnya fit terpaksa bermain. Walaupun harus diakui pertahanan Gunners melawan Leicester kemarin cukup solid dengan pemasangan Holding-Koscielny, Holding tampil lebih dingin daripada sebelumnya. Namun tetap saja, komposisi pertahanan dengan stok tipis untuk tim dengan target tinggi seperti Arsenal, adalah hal yang lumayan riskan. Bahkan untuk ditonton penontonnya sendiri di Emirates Stadium. Yang lebih bikin riskan, pemain yang musim lalu sudah teruji penampilannya meningkat pesat macam Joel Campbell, malah dipinjamkan nun jauh ke Lisbon. Hmmm ... membingungkan