[caption caption="Lepas Senja Petang Menghilang"][/caption]
Matahari telah terbenam beberapa menit lalu menyisakan gerah lembab ditanda oleh pelangi sore tadi. Kutangkap angin dengan tubuh dan wajah hanya ketika aku bergerak di atas sepasang roda. Riak percik kubangan dari aspal yang tergilas. Gerak tak terbaca membuatku selalu terjaga memancang indera.
Lampu membias pada alur air memantulkan citra barisan bangunan ditepianya. Seiring jejak lurus kutetap berkendara. Sesekali mata menatap hitam pendar tak pekat kelabu awan. Ku telisik di sudut-sudutnya, harap temukan bulir taburan bintang, seperti biasa ku pilih yang paling terang.
Kecewa tertahan lepaskan asa, asa sederhana tak terasa harapkan makna. Kutertunduk menghela nafas, walau tak berat namun menancap erat. Dua tiga kali hembuskan ikhlas, makna itu milik siapa?! sempat sekilas kutarik dua sisi bibir hitamku. Baik-baik saja?! tidak terlalu. sekali lagi ku mendongakkan menatap langit. Bulan sabit dengan bitang kecil di sisinya berkejaran di sela bintang jatuh. Dan aku harus berlalu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H