Mohon tunggu...
G Bayuardi
G Bayuardi Mohon Tunggu... Dosen - Belajar membaca bijak dan menulis rapi

Ada di facebook: zegavon@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lorong Sepi

1 Maret 2016   16:43 Diperbarui: 15 Maret 2016   16:14 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sengelap terjaga"][/caption]

Entah ini mimpi dalam keadaan terjaga, atau delusi, oh... mungkin mendramatisir lamunan, karena jika kusebut itu dramatisir perenungan, aku rasa itu terlalu "keren". Secara berkala hal seperti ini kualami, setiap kali sadar bahwa lamunan itu tak pernah terbagi, walaupun aku rasa orang lain akan mengerti dengan sendirinya. Ternyata tidak. Rasanya seperti bangun dalam lorong gang jalan becek, seandainya ku katakan itu gelap... bukan... mungkin remang atau temaram. Terasa basah dan lengket ada sisa lumpur yang menempel di lengan dan punggung. kiri dan kanan dinding tinggi yang tak kulihat ujung puncaknya menghilang di kegelapan batas mataku.

Seperti biasa, kebiasaanku, menghela nafas panjang dan membohongi diriku, supaya tidak merasa asing atau terlalu banyak pertanyaan yang memenuhi kepalaku. Kaki pun kulangkahkan, sambil ku gerakkan tubuhku, walau ada rasa panas dan pedas dikulit punggung, namun tak kurasakan ada persendian ataupun pergelangan tulang yang retak atau patah. Dalam remangnya aku masih berjalan perlahan dan sesekali bersandar pada dinding yang dingin ketika aku rasakan keras kejang di otot betisku.

Sambil masih bersandar untuk istirahat menyusuri lorong tersebut, kucoba tajamkan pendengaran,  tiidak ada suara yang bisa ku dengarkan hanya suara angin samar, tetapi lebih kuat terdengar dibanding sebelumnya, saat ku bersandar sebelum-sebelumnya. Kupicingkan mata untuk berusaha memandang ujung lorong. ya... hanya kenampakan yang sama... samar dan hilang tak tampak lagi di ujung lorong, gelap, atau hitam. Coba kubohongi diriku lagi semua baik-baik saja... dan entah berapa kali aku akan bersandar di depan sana nanti... dan berapa kali lagi akan kubohongi perasaankua...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun