Yang terjadi sekarang ini sebetulnya BUKAN masalah transportasi ONLINE VS KONVENSIONAL. Tapi lebih ke transportasi RESMI VS ILEGAL. Yang didemo itu BUKAN masalah INOVASI APLIKASI TEKNOLOGI, tapi lebih ke REGULASI. Jauh sebelum ada Android, dulu sempat heboh kasus mobil gelap alias mobil preman. Yaitu mobil pribadi plat hitam yg dijadikan sebagai angkutan umum. Dan ini didemo bukan karena inovasi atau aplikasinya, tapi karena mobil preman ini ILEGAL.
Tapi Grab dan Uber kan lebih murah?
Betul. Karena mobil yg digunakan adalah mobil pribadi plat hitam dan tidak bayar pajak. Jadi, mau menentukan harga berapa pun bisa seenaknya. Karena mereka tidak diatur oleh regulasi pemerintah seperti halnya taksi resmi.
Tapi konsumen kan butuh layanan terbaik?
Kalau mau fair, ubah dulu status Grab dan Uber menjadi angkutan umum resmi berplat kuning dengan mengikuti regulasi yg sama. Atau sekalian saja taksi yg sudah resmi berplat kuning ini ganti menjadi plat hitam tanpa membayar pajak supaya bisa seenaknya menentukan tarif. Mau pilih mana?
Berarti ini bukan masalah aplikasi online?
Ini masalah regulasi. Kebetulan, mobil angkutan ilegal yg dijadikan angkutan ini disupport oleh aplikasi online. So, mau disupport oleh aplikasi online ataupun tidak, yg namanya ilegal tetap ilegal.
Jadi yang selama ini diberitakan oleh media?
Ini yg parah. Media ikut memblow-up kekeliruan dengan judul DEMO MENOLAK ANGKUTAN ONLINE, padahal seharusnya DEMO MENOLAK ANGKUTAN ILEGAL. Sehingga yg muncul di benak masyarakat adalah apa yg tercantum di judul berita. Terlebih lagi ketika masyarakat merasa tahu perkara walaupun hanya sebatas membaca judul berita tanpa melihat konteksnya.
Yang selama ini aktif menggunakan layanan berbasis online tentulah mereka yg sudah melek dengan teknologi terkini. Begitupun dengan berbagai opini yg beredar di social media tentulah mereka yg sudah mahir bersocial-media.
Teknologi dan inovasi itu bukan untuk dihindari, tapi untuk digunakan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Dan yg perlu digaris-bawahi adalah kecerdasan masyarakat bukan semata-mata diukur dari bagaimana mereka bersocial-media, tapi juga dari bagaimana mereka menganalisa dan merespon suatu perkara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H