Perfilman Indonesia kembali membuat film yang bergenre horror, setelah banyak suksesnya film – film dengan genre horror Indonesia yang mendapat rating yang bagus Misalnya seperti Pengabdi Setan, Susana, Danur, Dread Out Dan masih banyak lagi. Kesuksesan suatu film juga tak luput dari kerja sama antara kru dan para pemain yang berakting, juga penulis naskah yang berperan khusus dalam menentukan alur cerita dalam suatu film.
Kali ini Film yang berjudul “KKN DI DESA PENARI” ini akan diangkat ke layer lebar pada 19 Maret 2022, berdasarkan kabar yang beredar bahwa peristiwa kejadian ini diangkat dari kisah nyata karakter dalam film yang kabarnya sudah meninggal. Kisah tentang KKN Desa Penari ini viral karena telah trending pertama kali di Twitter dan telah di Retweet ribuan kali sehingga menjadi popular di beberapa Platform Media Sosial seperti Youtube, Instagram, dan lain lain.
Pengalaman Mistis dari keenam mahasiswa tersebut sangat menegangkan bahkan diakabarkan dua orang mahasiswa dari keenam mahasiswa tersebut meninggal dunia karena peristiwa ini. Banyak yang berspekulasi bahwa peristiwa KKN Desa Penari Ini terletak di daerah Banyuwangi, Jawa Timur dan banyak juga yang menyebutkan bahwa peristiwa ini terjadi di kota Jember, Jawa Timur.
Jika kita lihat dari Alur Cerita Film “ KKN DESA PENARI” ini Mirip dengan Film “MEDIUM” Dari Thailand yang berceritakan tentang para pemuda yang ingin membuat tayangan dokumenter mengenai kehidupan dukun atau para medium di daerah Isan, Thailand Utara. Mereka lalu bertemu Nim (diperankan oleh Sawanee Utoomma), salah satu dukun yang disegani oleh masyarakat Isan karena menjadi mediator roh Bayan.
Sama halnya dengan KKN Desa Penari Bahwa diritakan ada keenam mahasiswa yang hendak melakukan keegiatan KKN dari kegiatan kampusnya. Jika kita lihat alur cerita dari kedua film ini benar – benar mirip karena sama sama menceritakan tentang seorang yang mempunyai kekuatan untuk melihat hantu atau (Indigo) dan mencari cara bagaimana menyelesaikannnya dengan berhadapan langsung dengan hantu sambil bertaruh nyawa.
Dari segi tempat dan Penulis cerita Sengaja merahasiakan identitas dirinya, begitu juga tempat KKN ini dilaksanakan, menurut penulis cerita ini sengaja dirahasiakan karena ingin menjaga identitas pelaku namun penulis sengaja mengarahkan pembaca dengan menggunakan simbol atau huruf untuk dijadikan pijakan/patokan dalam mengarahkan pembaca dalam memahami kota asal tujuan atau tempat dimana KKN itu berlangsung. Seperti yang tertulis dalam ceritapenari, namun penulis juga tidak menutup kemungkinan pembaca familiar dengan beberapa tempat meski disamarkan.
Dalam cerita ini juga digambarkan bahwa desa tempat KKN ini memiliki ekonomi yang rendah, dimana sumber penerangan masih menggunakan genset dan juga kebanyakan setiap rumah masih beralaskan tanah dan model rumah memiliki kesamaan yaitu hanya bagian depannya saja yang menggunakan gedung. Masyarakatnya yang menggunakan motor butut serta fasilitas umum yang masih menggunakan fasilitas alami yaitu dengan cara menggambil air disungai serta melakukan aktifitas lainnya bergantung kepada sungai. Ini menandakan bahwa didesa ini sangat terpencil.
Dari paparan alur cerita di atas, Dapat disimpulkan bahwa penulis naskah mengambil kesimpulan bahwa cerita atau thread KKNdi desa penari terdapat Alur cerita dikemas dan diarahkan kepada stigma negatif dengan labeling Banyuwangi kota mistis. Dalam cerita tersebut penulis mengalokasikan tempat terjadinya KKN secara implisit berada di kota Banyuwangi.
Dan Tari Gandrung sebagai ikon kota banyuwangi yang sudah familiar di masyarakat, tari ini dilakukan untuk acara penyambutan tamu maupun acara slametanyang sering dilaksanakan di kota Banyuwangi. Diperbatasan kota Banyuwangi terdapat patung Gandrung dimana patung tersebut sebagai simbol perbatasan yang membatasi kota Jember dan kota Banyuwangi. Dalam cerita ini dijelaskan ketika mulai memasuki hutan ada sosok penari yang menyambut kedatangan mereka, secara tidak langsung ini menggambarkan bahwa ketika memasuki perbatasan kota Banyuwangi mereka mendapat sambutan berupa tarian yaitu Tari Gandrung.
Kota tersebut dikenal dengan tari gandrung sebagai icon kotanya, penulis mengkonstruksi bahwa masyarakat di kota tersebuttetap menjaga tradisi dan ritual adat, kebanyakan penduduknya bertempat tinggal di hutan atau Kawasan terpencil dan berpenghasilan rendah, serta kebanyakan hutan belantara yang masih alami namun terkenal dengan keangkerannya sehingga mengkonstruksi nilai yang negatifbagi kota Banyuwangi.
Referensi :