Aparat sipil negara(asn) dahulu dikenal sebagai pegawai negeri sipil(pns). pada masa orde baru, Â asn bagian dari golkar. Â di golkar ditampung dalam jalur b(birokrasi).
ketika jaman berganti, Â asn pun sudah tidak lagi menjadi bagian golkar. Â loyalitas tunggal hanya ke NKRI. pilihan politiknya pun diserahkan ke masing-masing individu asn.
asn, kini dilarang menjadi anggota parpol. Â bahkan menjadi simpatisan pasif pun juga dilarang. asn harus netral. Â ini di level peraturan.
seiring berkembangnya medsos, Â kini mudah ditemui asn yang condong ke parpol atau kandidat tertentu. ada yang menjadi pihak "garis keras" ke petahana dan menyerang pihak lawan. Â ada yang di pihak lawan dan sibuk menyerang petahana.
kondisi demikian, Â sesungguhnya "kurang sehat". Â Â karena asn adalah bagian dari yang mengeksekusi keputusan, siapa pun kepala pemerintahannya. kepala pemerintahan yang setiap masa silih berganti.
sementara di sisi lain, tni dan polri, yang juga aparat negara, Â juga dituntut netral. bahkan anggota tni/polri, kehilangan hak memilih. Â apa asn juga harus seperti tni/polri, supaya tetap netral..... entahlah.... mesti bertanya pada rumput yang bergoyang.
ditulis pada perjalanan ka senja utama solo, Â relasi pasar senen-solobalapan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H