Mohon tunggu...
Bayu Aditya
Bayu Aditya Mohon Tunggu... Freelancer - Wirausaha

An entertain of love

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Korea Tegang, Mahabharata Abad 21? Indonesia Sebagai Dewa?

15 September 2024   19:40 Diperbarui: 15 September 2024   19:48 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rudal balistik Korea Utara www.kompas.com/global/read/2020/10/10/205417570/inilah-rudal-balistik-antar-benua-terbaru-korea-utara 

“Barangsiapa tidak memiliki kedamaian di hatinya, maka tidak akan ada perdamaian yang terjadi” — Dewa Krishna (Mahabharata)

Beberapa portal berita di Korea Utara juga telah membombardir Korea Selatan dengan balon pembawa sampah dimana mereka mengirim 5,000 balon berisi sampah ke Korea Selatan sebagai balasan dari balon propaganda yang diluncurkan oleh Korea Selatan beberapa waktu lalu. Semakin menjadi, Korea Utara memperkuat hubungan militer dengan Rusia untuk dapat menguji dan meningkatkan produksi artileri dan rudal jelajah sebelum mengirimnya ke Rusia untuk melawan Ukraina. Hal ini membuat Korea Selatan dan Jepang yang sebelumnya telah akur saat mereka tiba-tiba merapat ke China, membahas stabilitas regional dalam pertemuan KTT pada bulan Mei 2024 lalu. Konferensi yang mempertemukan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, Perdana Menteri China Li Qiang, dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Seoul itu membahas beberapa hal salah satunya fokus penting terkait program nuklir Korea Utara. Menurut Kishida, PM Jepang sendiri, denuklirisasi akan menjadi tujuan untuk mencegah kejahatan perang yang mungkin akan terjadi.

Tensi geopolitik serta posisi Jepang, China, dan Korea Selatan juga sangat berbeda terhadap isu-isu penting termasuk ancaman nuklir Pyongyang dan meningkatnya hubungan Korea Utara-Rusia, maka sulit untuk membentuk konsensus mengenai isu-isu geopolitik yang sensitif dan beritikad agar Korea Utara mendapat sanksi.
Otoritas Intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat memantau dugaan persiapan peluncuran satelit pengintai militer Korea Utara yang disinyalir melanggar sanksi Dewan Keamanan PBB. Namun, Korea Utara berserta dengan China dan Rusia menyatakan bahwa hal tersebut tidak melanggar sanksi PBB. Pada bulan September 2016, Korea Utara melakukan uji coba nuklir kelima. Dengan dilakukannya uji coba ini, terjadi aktivitas seismik dengan kekuatan 5,3 SR, menyertai ledakan sekitar 10 kiloton. Setara dengan bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, dan 10 kali lebih kuat dari apa yang Korea Utara mampu lakukan sebelumnya. Sebagai tanggapan, Obama bersama PBB memperketat sanksi yang dijatuhkan kepada Korea Utara. Tahun 2017 dianggap menjadi tahun kemajuan pesat atas perkembangan program misil Korea Utara. Korea Utara telah menembakkan 23 misil selama 16 tes yang dilakukannya.

Perang Mahabharata Abad 21?
Sekilas jika kita merunut sejarah dari terpecahnya Korea menjadi Utara dan Selatan ditambah dengan gejolak atau tendensi politik yang berujung dengan berbagai macam tindakan perang dengan masing-masing berusaha menunjukkan kekuatan persenjataannya, maka kita kembali diingatkan dengan Perang Mahabharata yang terjadi di India pada beberapa abad lalu. Hubungan Korea Utara dan Selatan masih tegang sejak konflik 1950-1953. Dan menurut banyak ahli, ketegangan ini hanya berakhir dengan gencatan senjata bukan melalui jalur perundingan damai. Dapat kita lihat ketika Korea Selatan dan Amerika Serikat berusaha untuk melakukan reunifikasi terhadap Korea Utara, tetapi negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un justru meluncurkan rudal balistik antar benua, Hwasong-14. Mereka mengklaim bahwa hal ini diduga untuk menangkal serangan musuh dari luar sementara Korea Selatan dan Amerika Serikat, menganggap bahwa hal ini adalah ajakan untuk berperang. Seperti yang terjadi pada kisah Mahabharata, dimana pasukan Pandawa yang menunjukkan keahliannya, dianggap dengan ajakan perang oleh pasukan Kurawa.

Disinilah, Indonesia sebenarnya bisa berperan sebagai Dewa Krishna.

Indonesia Sebagai Dewa Krishna?
Indonesia adalah negara penting di kawasan Asia Tenggara yang letaknya sangat strategis diantara dua benua dan dua samudra, serta memiliki populasi dan angkatan militer yang cukup memadai dan kuat. Dan Indonesia sendiri menganut politik bebas aktif atau dalam kata lain netral terhadap blok manapun. Negara kita, Indonesia juga memiliki hubungan yang baik dengan kedua negara baik Korea Selatan maupun Korea Utara. Diplomasi Indonesia di kursi Dewan Keamanan PBB juga cukup kuat dan memiliki high-power voice bagi permasalahan yang terjadi di dunia. Disinilah, peran seorang Dewa bisa bermanfaat bagi Indonesia dalam menciptakan iklim perdamaian.

Hubungan Indonesia dengan Korea Utara
- Dimulai pada tahun 1961
- Hal yang menyebabkan hubungan Indonesia dan Korea Utara terjalin adalah persahabatan yang dijalin oleh Presiden Soekarno atau Bung Karno dengan Presiden Korea Utara waktu itu, Kim II Sung. Pada tahun 1964, Bung Karno berkunjung ke Korea Utara dan disambut hangat oleh warga Korea Utara. Setahun kemudian, pada tahun 1965, Presiden Kim II Sung berkunjung ke Indonesia dan disambut oleh Bung Karno. Mereka berkeliling Kebun Raya Bogor dan Indonesia menjalin diplomasi dengan KoreaUtara dimana saat itu, Presiden Kim II Sung tertarik dengan spesies bunga yang oleh Bung Karno diberi nama Kimilsungra sebagai hubungan antara Indonesia-Korea Utara. Yang kemudian, bunga itu dibudidayakan di Korea Utara dan dilakukan festival Kimilsungra setiap tahun.

Hubungan Indonesia dengan Korea Selatan
Dilansir dari Kementerian Bidang Koordinator Perekonomian Republik Indonesia, sejak menjalin hubungan selama 5 dekade, total perdagangan Indonesia-Korea Selatan Selatan per 2023 tercatat sebesar US$ 20,8 miliar. Korea Selatan juga merupakan negara ke-7 sebagai investor terbesar di Indonesia menurut FDI. Hubungan yang kuat dan baik ini. Indonesia dan Korea Selatan juga melakukan kerjasama pengembangan militer gabungan, jet tempur KFX/IFX yang digawangi oleh perusahaan asal Korea Selatan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) yang sudah pada tahap akhir negosiasi kontrak dengan memasok 3 kapal selam Type-209 di Indonesia. Dan ini merupakan pertahanan bilateral terbesar yaitu sebesar US$1,1 miliar.

Upaya Indonesia Sebagai Mediasi
Ketegangan yang terjadi di semenanjung Korea bisa berdampak terhadap negara manapun, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara sekutu. Hal ini juga bisa memicu mahalnya harga barang akibat komoditas tertentu mengalami kenaikan harga dikarenakan tercetus ya konflik antar negara bisa memicu pelemahan ekonomi global. Berikut uraian yang termaksud agar Indonesia bisa meredam konflik yang terjadi antar negara Korea tersebut:
1. Menggunakan K-Pop sebagai softpower
Indonesia sebagai negara dengan jumlah fans K-Pop terbanyak di dunia, bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan menggunakan K-Pop sebagai sarana untuk mediasi. Penggemar K-Pop Indonesia bisa bersinergi untuk menciptakan beberapa konten berkualitas terhadap idola mereka agar mau bersuara dan menjaga toleransi terhadap negara saudaranya di Korea Utara.
2. Menggunakan Dewan Keamanan PBB
Indonesia juga bisa menggunakan fasilitas Dewan Keamanan PBB untuk menyuarakan jalur perdamaian bagi Korea Utara dan Korea Selatan. Dengan mengajak Korea Utara untuk membuka jalur pariwisata yang aman dengan iming-iming peningkatan pertumbuhan ekonomi bagi negara tersebut, bisa membuka jalur perdagangan bebas bagi Indonesia untuk menyebarkan iklim damai di Korea Utara dan Korea Selatan.
3. Peningkatan kerjasama militer dengan Korea Utara dan Korea Selatan
Indonesia bisa mengundang Korea Utara dan Korea Selatan untuk latihan militer bersama dan menunjukkan kerukunan yang terjadi di Indonesia sebagai simbol persatuan bangsa.
4. Peningkatan armada militer
Jika ketiga hal tersebut sudah tidak memungkinkan, maka Indonesia harus tetap menganut politik bebas aktif, namun harus tetap menambah kualitas armada militer Indonesia baik personil, jumlah senjata, dan amunisi lainnya sehingga pertahanan negara bisa terjaga dari konflik-konflik yang ditimbulkan oleh perang Korea Utara-Korea Selatan ini.

Referensi:
Mas’oed, Mohtar. & Yoon, Yang Seung. 2005. Memahami Politik Korea. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sefriani, 2010. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Yoon, Yang Seung. & Setiawati, Nur Aini. 2003. Sejarah Korea: Sejak Awal Abad
Hingga Masa Kontemporer. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
https://www.kompas.id/baca/internasional/2023/05/08/jepang-korsel-akur-demi-perdamaian-dan-kemakmuran-dunia
https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/5788/memasuki-dekade-kelima-hubungan-bilateral-indonesia-korea-selatan-terus-ditingkatkan-khususnya-di-bidang-industri-perdagangan-dan-transisi-energi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun