Mohon tunggu...
Bayu Adiprakasa
Bayu Adiprakasa Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa Universitas nasional

pelajar biasa

Selanjutnya

Tutup

Money

Pasar Pedok di Masa Pandemi

16 Oktober 2020   22:25 Diperbarui: 16 Oktober 2020   22:24 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

 Di masa pandemi seperti ini kebanyakan orang pasti lebih memilih belanja di supermarket yang kehigienisan barang dan kesehatan para pekerja dan pembeli nya terjamin. Tetapi, tidak menutup kemungkinan juga bagi orang orang yang memiliki pendapatan relaitf rendah untuk belanja di pasar tradisional. Selain harganya yang lebih murah juga banyak pembeli yang berkata bahwa yang dijual di pasar lebih segar daripada apa yang dijual di supermarket.

seperti di Pasar Pedok, tebet, Jakarta selatan. Pasar ini sangat ramai pembeli dan tetap ramai walaupun ditengah masa pandemi covid 19 dan juga psbb di jakarta (16/10) para penjual pun masih melayani pembeli dengan biasa seperti tidak terjadi apa apa, transaksi terus berlangsung walaupun mereka tahu bahwa virus covid 19 ini masih ada dan mereka memilih untuk tidak peduli dan tetap menganggap bahwa ini kehidupan normal seperti biasa. memang pasar ini jarang disorot media karena tempatnya yang terpencil dan juga tidak banyak orang tahu tempat ini tetapi jalanan pasar ini sering menjadi jalan pintas orang orang yang menuju ke arah  jalan Rasamala atau Jalan bidakara menuju Komplek patra.

Ketika saya  melakukan observasi pada Jumat (16/10/2020) Pukul ) 08.00 saya menemukan beberapa fakta di lapangan,antara lain:

1. Pasar ini Masih ramai pengunjung dan juga penjual di masa pandemi dan jam buka tidak ada yang dikurangi alias buka seperti biasa

2. tidak adanya kesadaran dari pengunjung ataupun penjual untuk memakai masker, kebanyakan dari mereka banyak yang tidak pakai atau malah pakai tetapi di letakkan di dagu yang mana akan sia sia. 

3. tidak adanya social distancing antara satu dan lainnya, mereka ini dapat menjadi cluster baru virus covid 19 karena tidak adanya social distancing dan kesadaran akan memakai masker pun minim.

4. Masih banyak pembeli yang menggunakan plastik sebagai barang bawaan belanja, padahal pemerintah dki jakarta sudah menghimbau untuk mengurangi penggunaan plastik, tetapi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan sekitar mereka cenderung tidak acuh dengan himbauan tersebut.

5. orang orang yang berjualan mayoritas tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum melayani pelanggan. Saat saya melakukan observasi ini saya melihat salah satu oknum penjual sayur yang tidak mencuci tangan setelah ia merokok dan memegang megang tiang ataupun barang barang yang ada di sekitarnya, ia lebih memilih untuk mengelap tangannya di celemek yang ia pakai.

6. tidak adanya satpol PP yang mengatur di lokasi, ada baiknya satpol PP memperhatikan daerah ini karena di sini banyak sekali orang orang yang tidak jaga jarak sama sekali, atau mungkin lebih baik bila pedagang di pasar ini diberikan tes rapid secara gratis agar mencegah penyebaran covid 19

7. Jalanan menuju pasar yang cenderung padat dikarenakan kesadaran masyarakat yang rendah. Banyak orang yang memarkirkan kendaraan nya secara sembarangan di sisi kanan dan kiri jalan seakan akan jalanan tersebut hanya milik dia seorang, terkadang jalan ini menjadi macet karena orang yang ingin lewat tersendat oleh motor yang parkir sembarangan

8. Tidak adanya cek suhu maupun pendataan pembeli. Sama seperti pasar pasar lainnya pasar pedok juga tidak ada yang di cek suhunya dan didata namanya, hal ini cenderung disayangkan karena apabila salah satu dari mereka positif covid 19 maka penyebarannya tidak ketahuan kemana saja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun