Mohon tunggu...
Bayu A Nugroho
Bayu A Nugroho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

اللهم صل على سيدنا محمد و على آله...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wadi Aqiq Mengalir: Mahasiswa Indonesia Banyak yang Terharu

1 Desember 2012   20:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:21 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13543467841959245088

Oleh : Bayu A. Nugroho Fashl syita' mulai menyerang jazirah Madinah dalam beberapa hari belakangan ini. Kota yang disebut-sebut sebagai dar el-hijrah, kini sedang di selimuti awan mendung dari pagi hingga malamnya. Lalu, curah hembusan angin yang bergerak relatif cepat dan sering. Hal ini menyebabkan meningkatnya perubahan cuaca yang cukup drastis. Perubahan ini banyak mempengaruhi kegiatan keseharian masyarakat sekitar. Termaksuk kami Mahasiswa Indonesia. Belum lepas dalam ingatan saya empat bulan yang lalu. Saya masih bisa merasakan terik dan sengatan matahari di wajah, tangan dan kaki, hingga ubun-ubun saya pun ikut mengepul kepanasan. .Air dan udaranya benar-benar seperti tumpah dari ketel air yang mendidih. Membuat kehidupan saya dan kawan-kawan mahasiswa Indonesia lainnya kewalahan. Pasalnya, fashl shoify disini amatlah berbeda dengan fashl shoify di Indonesia pada umumnya. Adalah yang membuat fashl shoify(musim panas red.) disini berbeda dengan di Indonesia yaitu hembusan anginnya. Hembusan angin ketika fashl shoify disini serasa kita berdiri depan dinamo pada mesin kapal yang berlayar dua bulan tanpa henti. Bisa dibayangkan betapa panasnya waktu itu. Malah banyak sebagian mahasiswa Indonesia yang mimimisan karna saking panasnya. Kondisi ini jauh berbeda dengan di Indonesia kendatipun musim panas tapi udara yang berhembus terbilang sejuk. Apalagi ketika kita duduk di bawah pohon yang rindang. Untuk masalah suhu air sendiripun kondisinya masih stabil. Pun disini rata-rata menggunakan simagh(tutup kepala) dan kacamata hitam jika ingin berjalan-jalan keluar pada siang hari bila tidak mau di bilang aneh karena cengar-cengir sendirian di jalanan. Selanjutnya adalah kegiatan keseharian yang jauh berbeda dengan fashl syita'(musim dingin) kini. Dalam fashl shoify aktifitas kita justru lebih banyak dilakukan di malam hari ketimbang di siang harinya. Ini logis saja, mengingat panasnya cuaca kala itu. Kemarin pun beberapa bulan sebelum akhirnya saya bertolak untuk liburan ke Indonesia. Tepatnya tanggal enam di sepuluh awal bulan Ramadhan. Masih sempat saya saksikan banyak mahasiswa yang mengambil mata kuliah semester atas banyak yang kebakaran jenggot. Karena malam hari di fashl shoify adalah malam-malam begadang. kenapa? Karena memang sulit atau bahkan tidak bisa tidur. Sementara mereka kelimpungan melek semalaman, di pagi harinya mereka harus masuk kelas. Sedangkan fashl syita' ini adalah kebalikkannya. Meski baru di awal-awal, tapi udara sudah amat dingin. Apalagi ketika hari berangsur-angsur malam. Bahkan semalam ketika sepulangnya saya dari Harom(sebutan untuk masjid Nabawi di Madinah) seusai itikaf dan sholat shubuh berjamaah. Kulit pipi ini serasa dicubiti , kaki dan tangan seperti batu es. Dan ketika naik mobil dari Harom, kaca mobil yang saya tumpangi dengan beberapa mahasiswa penuh dengan embun dan kabut yang menutupi jendela mobil. Sang supir pun harus berkali-kali mengusapkan tangannya ke jendela depan di samping menyalakan AC mobilnya. Dan hal menarik lain yang terjadi dalam fashl syita' kali ini adalah mengalirnya air di satu-satunya sungai di Madinah, Wadi Aqiq. Sungai yang masuk dalam mata rantai sejarah dunia islam ini memang terkenal memiliki keseharian kering dan tandus. Hanya dihiasi dengan banyak retakkan tanah dimana-mana, tumbuhan yang ala kadarnya, serta lebih banyak debunya. Benar-benar tidak menarik sama sekali. Tapi, kini sungai yang membentang panjang di depan kampus kami ini mengalir deras dan indah apalagi bila di malam hari. Meski hanya perpaduan antara air dan lumpur semata, tapi benar-benar menimbulkan kesan eksotik. Ini dialami saya dan kawan-kawan mahasiswa Indonesia lainnya, terutama mahasiswa tingkat akhir yang sudah bertahun-tahun disini tapi mengaku baru kali ini melihat sungai ini mengalir. Sebut saja ustadz Kurniawan Arif Masful atau lebih akrab disapa dengan bang Iwan. Mahasiswa Indonesia tingkat akhir fakultas da'wah asal Banjarmasin ini mengaku bahwa selama menetap enam tahun di Madinah baru kali ini ia melihat sungai Aqiq mengalir. Kenangnya haru via status BBMnya. Rupanya hujan di awal fashl syita' beberapa minggu belakangan cukup memainkan perannya bagi sungai Aqiq. Well, Dimanapun kita berada, bagaimanapun cuacanya, serta kendatipun banyak kendalanya kita mahasiswa Indonesia yang tinggal di luar kampung halaman. hanya bisa berucap syukur karena telah diijinkan oleh Alloh untuk tinggal dan belajar di kota Nabi-Nya. Kota yang Munawwarah(terang benderang red.). Doa kami untuk tanah air tercinta, moga hujan yang datang bertubi-tubi dapat menjadi hal yang eksotik seperti sungai aqiq, meneduhkan bagi yang memandang dan bagi masyarakat di sekitarnya. Bukan menjadi hal yang ironi yang mengundang duka dan keprihatinan yang tak pernah bisa tuntas tiap tahunnya.Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun