Wahai pengamen kecil...
Tubuh rapuh dan penuh peluh
Bersenderkan pada tiang-tiang lampu jalanan
Membawakan lagu-lagu dewasa dengan sebuah gitar kencrung
Wajah yang selalu menampilkan senyum
Dengan sesekali mengernyitkan dahi
Pertanda bahwa mereka lelah, mereka bosan, dan mereka enggan
Enggan dalam melanjutkan pekerjaan yang sebenarnya bukanlah pekerjaan
Namun ketika hari memasuki gelap malam
Di mana sang mentari pun turut pula masuk dalam peraduaannya
Mereka berbuka...
Seraya memanjatkan doa bagi ibu dan bapak mereka
Oohh ternyata...masih ada api kecil berkalung semangat dalam hati
Yang tak hilang walau selalu tergerus angin dan debu setan-setan jalanan
Dengan mata yang memerah
Satu persatu mulai berpasrah pada Sang Agung
Tangan-tangan mungil mulai menengadah
Bagai mengkok yang ingin sekali diisi dengan makanan
Meminta sesuatu..
Sesuatu yang senantiasa mencoretkan kebahagiaan dalam kehidupan
Hanya air mata...
Hanya air mata yang tertitih dalam tasbihannya
Mengharu biru dalam baluran ketenangan Ramadhan
Dan nantinya akan menghantarkan pada Lailatul Qadar
Wahai pemilik kehidupan
Yang menjaga jiwa dalam lelahnya malam
Sertailah langkah anak-anak ini
Anak-anak yang telah menemukan jalan pulang kembali pada-Mu
Ingatlah ketika mereka berucap
Ucapan dengan ketulusan dan kemurnian hati
Yang membawa mereka...
Hingga bisa menikmati kejamnya jalanan
Cobaan apapun akan diterjang
Bukan dengan kekuatan fisik apalagi gelimangan harta
Malainkan dengan tanduk yang bernama Iman
Iman yang akan menghiasi hati..bak angkasa dengan pelanginya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H