[caption id="attachment_317009" align="aligncenter" width="600" caption="Bowo Penatah Wayang dari Desa Dermaji"][/caption]
Di tengah derasnya arus budaya asing yang masuk ke negara kita, mungkin jarang kita dapati generasi muda yang memilih untuk melestarikan budaya bangsa sendiri. Kebanyakan generasi muda larut dalam budaya asing tersebut. Tapi tidak demikian halnya dengan Trisno Listiyo Wibowo atau yang akrab dipanggil Bowo. Seorang generasi muda kelahiran Desa Dermaji berusia 27 tahun ini, justru merasa terpanggil untuk tetap mempertahankan warisan budaya nenek moyang. Sudah kurang lebih dua tahun ini Bowo menekuni dunia pembuatan wayang kulit.
Ditemui di bengkel wayangnya di RT 08/RW 1 Grumbul Jemblongan, Bowo mengaku, ketertarikannya kepada wayang kulit sudah ia rasakan sejak duduk di bangku SD. Pada awalnya Bowo menggunakan kardus bekas sebagai bahan belajar. Baru dalam dua tahun terakhir ini ia membuat wayang dari kulit sapi. Bowo mengaku keterampilan membuat wayangnya ia peroleh secara otodidak dengan melihat gambar. Peralatan buat menatah wayang ia beli di Pasar Bringharjo Yogyakarta dari uang tabungannya.
Menurut Bowo, untuk membuat sebuah wayang, dibutuhkan ketelitian, kecermatan dan ketekunan. “Harus sabar”, kata Bowo. Pembuatan sebuah wayang bisa menghabiskan waktu kurang lebih 1,5 bulan. Cukup lama memang, karena pembuatan wayang dilakukan disela-sela waktu luang Bowo. Kebetulan sehari-hari Bowo juga menjadi pengajar di salah satu sekolah menengah swasta di Kecamatan Lumbir. Kini Bowo tidak hanya menatah wayang. Tapi juga sedang belajar mendalang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H