Penulis  : Siti Nurfadila Monoarfa
Setiap hari, individu menghadapi berbagai jenis tantangan. Tantangan ini bisa berasal dari masalah keluarga,pekerjaan, atau hubungan sosial. Misalnya, banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, kegiatan di luar rumah yang padat, atau konflik dengan teman atau keluarga. Situasi-situasi ini sering kali disebut dengan istilah stres. Namun, tidak semua stres itu buruk. Misalnya, keberhasilan dalam kompetisi akademik, diterima dalam program magang bergengsi, atau menyelesaikan skripsi adalah contoh stres yang positif, dikenal sebagai eustress
Banyak orang melihat stres sebagai sesuatu yang terjadi pada mereka, baik itu kejadian menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Ada juga yang mendefinisikan stres sebagai sesuatu yang mempengaruhi tubuh, pikiran, dan perilaku sebagai respons terhadap suatu kejadian. Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa stres selalu melibatkan kejadian dan respons kita terhadap kejadian itu. Meskipun demikian, cara kita memandang situasi tersebut.Â
Misalnya, ketika seorang mahasiswa menghadapi tenggat waktu tugas yang ketat, cara mereka memandang situasi ini akan menentukan tingkat stres yang dirasakan. Jika dilihat sebagai tantangan yang dapat diatasi, stres tersebut mungkin tidak terasa terlalu berat. Namun, jika dianggap sebagai beban yang berlebihan. Stress itubisa berakibat buruk pada kesejahteraan mental dan fisik.
 Stres juga dapat memicu berbagai penyakit secara langsung maupun tidak langsung, dan beberapa di antaranya bisa berakibat fatal. Beberapa penyakit yang dipengaruhi oleh stres termasuk penyakit jantung koroner, gangguan autoimun, penyebaran kanker (metastasis), serta berbagai penyakit kulit. Stres yang berlangsung lama, misalnya, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dengan mempengaruhi tekanan darah dan kadar kolesterol.Â
Selain itu, stres dapat memperburuk gangguan autoimun seperti lupus atau rheumatoid arthritis. Dimana system kekebalan tubuh menjadi agresif terhadap jaringan tubuh sendiri. Pada kasus kanker, stres bisa memengaruhi perkembangan dan penyebaran sel-sel kanker di dalam tubuh. Stres juga dapat memicu atau memperparah kondisi kulit seperti psoriasis, eksim, dan jerawat.
Memahami dampak stres terhadap kesehatan fisik sangat penting untuk mengembangkan strategi pengelolaan stres yang efektif. Dengan mengurangi tingkat stres melalui teknik relaksasi, olahraga teratur, dan dukungan sosial, kita bisa menurunkan risiko terkena penyakit-penyakit tersebut dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Orang yang mengalami stres biasanya merasakan gejala fisik seperti sakit kepala, nyeri di tengkuk, jantung berdebar, keringat dingin, sesak napas, badan lemas, dan nyeri di ulu hati. Selain itu, gejala psikis juga muncul seperti sulit tidur, rasa cemas, khawatir berlebihan, ketakutan, depresi, sedih, dan kehilangan semangat.
Situasi yang memicu stres sering kali membuat orang marah, depresi, cemas, dan frustrasi. Reaksi awal terhadap stres adalah peningkatan kadar noradrenalin, yang memicu respons "fight or flight" -- melawan atau menghindari faktor penyebab stress. Reaksi ini mengaktifkan sistem saraf simpatik, menyebabkan jantung berdebar, keringat dingin, sesak napas, dan peningkatan tekanan darah. Sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal juga aktif, menghasilkan hormon kortisol.
Stres yang terus-menerus dan tidak terselesaikan bisa mengarah pada distres. Distres ini memicu perilaku melarikan diri (escape) atau menarik diri (withdrawal) yang berujung pada depresi. Kalau stres berlanjut, sistem imun tubuh bisa terganggu, menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional. Akibatnya, bisa timbul gangguan klinis seperti ulkus peptikum, penyakit jantung, penurunan fungsi tubuh, kecemasan, dan depresi.
Mengatasi stress memang tidak selalu mudah, namun dengan kesadaran dan upaya yang konsisten kita bisa meraih kehidupan yang lebih seimbang dan Bahagia. Dengan mengadopsi gaya hidup sehat, mellibatkan diri dalam aktivitas fisik, dan mempraktikan Teknik relaksasi, kita dapat mengurangi Tingkat stress secara signifikan. Selain itu, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sangatlah penting, serta tidak ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau professional jika diperlukan.