Mohon tunggu...
Ahmad Dwi Bayu Saputro
Ahmad Dwi Bayu Saputro Mohon Tunggu... Guru -

http://ahmaddwibayusaputro.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wali dari Sungai Brantas

31 Mei 2018   14:49 Diperbarui: 31 Mei 2018   15:05 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam mengajarkan al-Qur'an, Mbah Sulaiman membuat sebuah peraturan bahwa yang menetap di Pondok Pesantren Mafatihul Muhtadin tidak boleh melebihi dari 40 santri. Bagi warga setempat atau penduduk pribumi tentunya tiada masalah oleh karena setelah selesai mengaji biasanya akan pulang ke rumahnya. Namun bagi santri pendatang, tentu tidak boleh melebihi aturan sebagaimana yang telah dibuat.

Mengapa tidak boleh lebih dari 40, warga masyarakat pun tidak ada yang tahu persis. Pada intinya, Mbah Sulaiman mengajarkan untuk mengaji dan menghafalkan al-Qur'an dengan penuh ketekunan dan kefokusan. Setelah ada yang hafal al-Qur'an, kemudian boyong (pulang ke rumah) dan ganti lagi santri yang baru.

Setelah ada santri yang baru, kemudian mengaji dan menghafalkan al-Qur'an sampai hafal. Terus, dan berlanjut sampai sekarang. Tradisi yang seperti itu dari dulu sampai sekarang masih tetap dan utuh. Pengurus Pondok Pesantren Mafatihul Muhtadin tidak berani merubahnya oleh karena sudah merupakan sebuah amanat dari seorang guru, KH. Sulaiman Toyyib.

Dulu, Kyai Sulaiman mau diberikan uang sebesar 25 juta oleh Bupati Malang. Mbah Sulaiman menolaknya dengan halus. Mbah Sulaiman mengatakan kepada Bupati bahwa biarlah yang membangun masjid adalah masyarakat setempat. Amal masyarakat setempat supaya ada bekasnya.

Di saat sekarang banyak masyarakat yang membangun proposal untuk membangun masjid, sejak dulu ternyata Mbah Sulaiman sudah mengajarkan untuk kaya, bukan untuk miskin. Seketika itu Pak Bupati juga merasa heran dan bingung oleh karena mau dikasih uang namun ternyata malah tak mau. Dengan kata lain menolaknya secara halus.

Mbah Sulaiman menurut cerita dari beberapa warga juga merupakan seorang waliyullah. Meskipun senangnya merokok, namun sudah cukup banyak yang membuktikan bahwa Mbah Sulaiaman sedang memimpin ibadah haji di tanah suci. Tidak hanya warga Malang, namun dari luar kota juga sudah cukup banyak yang menyaksikannya.

Suatu ketika ada sepasang suami-istri yang menanyakan keberadaan rumahnya Mbah Sulaiman. Mereka berasal dari Pasuruan. Salah seorang warga pun menunjukkan rumahnya. Salah seorang warga tersebut pun bertanya, mau apa menemui Mbah Sulaiman? "Mau mengucapkan rasa terima kasih oleh karena Mbah Sulaiman telah membimbing kami di tanah suci," jawab orang Pasuruan. Seketika itu, ia pun bingung oleh karena yang ia tahu Mbah Sulaiman setiap hari menjadi imam di masjid.

Dari Pondok Pesantren Mafatihul Muhtadin itulah merupakan sebuah rihlah perjalananku. Semoga KH. Sulaiman Toyyib mendapatkan ampunan dari-Nya. Semoga semua kesalahannya mendapatkan magfiroh dari-Nya. Semoga generasi berikutnya mampu mengikuti jejaknya untuk selalu merasa yakin dan semakin kepada-Nya. Mampu menyebarkan ilmu agama Islam dan mampu mempelajari kitab suci al-Qur'an dengan baik dan benar. Semoga. Wallahu a'lam.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun