Setiap bulan Agustus, seluruh bangsa Indonesia disibukkan dengan kegiatan yang terkait dengan peringatan kemerdekaan Indonesia.Ada saja aktifitas yang kreatif dan membangkitkan rasa nasionalisme.Mulai dari perlombaan olahraga, pentas seni, lomba kebersihan kampung sampai perlombaan mendesain gapura.
Gempita kemerdekaan sudah bergaung sejak beberapa bulan sebelumnya lalu, terutama karena di bulan Agutus ini bersamaan dengan puasa Ramadhan.Perhelatan peringatan kemerdekaan Indoneisa merupakan sarana penting bagi masyarakat untuk memaknai kemerdekaan dengan berekspresi sesuai bakat sekaligus membela “gengsi” kelompoknya apakah perusahaannya, kampungnya, komunitasnya, dan lainnya. Lihat saja aura semangat yang membara dari masing-masing peserta disetiap perlombaan.Berapi-api! Seolah-olah betul-betul memperjuangkan kemerdekaan.
Akan tetapi, apakah kemerdekaan hanya dapat dimaknai dengan kegiatan heroik seperti itu saja ?Sebagai anak bangsa, apakah kita sudah sungguh-sungguh menikmati kemerdekaan ?
Makna Kemerdekaan
Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata merdeka berarti : 1. bebas; 2. tidak terkena atau lepas dari tuntutan; 3. tidak terikat, tidak tergantung kepada orang atau pihak tertentu.
Berangkat dari arti merdeka menurut kamus tersebut, maka dapat dikelompokkan bahwa ada dua jenis karakter masyarakat dalam memaknai sebuah kemerdekaan.Ada yang betul-betul sudah merdeka.Ada juga yang baru merdeka setengah hati.
Ada 5 ciri-ciri untuk membedakan kedua jenis kemerdekaan tersebut, yaitu:
1.Tekanan
Dunia ini tidak akan pernah lepas dari tekanan.Tekanan bisa muncul dalam bentuk apa saja, bisa berupa dateline yang ketat, tekanan dari customer yang meminta service lebih atau tuntutan untuk mencapai target yang dianggap setinggi langit, termasuk tekanan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Berharap tidak mendapat tekanan sedikit pun di dalam kehidupan ini adalah hal yang mustahil.Meskipun merdeka dapat diartikan sebagai bebas atau lepas dari tuntutan, bukan berarti tidak ada tekanan.
Orang yang sungguh sudah merdeka akan menghadapi tekanan sebagai tantangan.Tantangan untuk menjadi kreatif.Tantangan untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik.Tantangan yang bila dapat terlewati memberikan efek ekstasi yang adiktif, bikin ketagihan.
Akan tetapi, ada juga yang justru terpuruk dalam menghadapi tekanan.Tekanan dianggap sebagai musuh besar, sebagai pohon besar yang tumbang melintang menghalangi jalan.Sehingga, bukannya dihadapi tekanan tersebut, tetapi malah di ratapi dan di kutuki.Kelompok masyarakat jenis ini termasuk yang merdeka setengah hati.
2.Kehati-hatian
Jangan salah bersikap dalam menikmati kemerdekaan atau kebebasan.Para bapak bangsa, dahulu kala berjuang mempertahankan kemerdekaan bukan dengan bergerak bebas dan mengabaikan kehati-hatian.
Kehati-hatian disini adalah penuh perhitungan.Memperhitungkan risiko kegagalan.Mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi.Memperhatikan rambu-rambu yang menjaga keamanan.Mempertimbangkan reputasi kelompok / komunitas / keluarga.
Dengan demikian, orang yang merdeka penuh akan melakukan apapun sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya.Norma agama, norma masyarakat, aturan dan perundang-undangan akan dipegang sebagai panduan untuk kemudahan dan penjagaan keamaan agar tidak tersesat. Bukan sebagai hambatan.Keputusan yang diambil akan mempertimbangkan dampak ke depan yang mungkin terjadi.Baik dampak kepada dirinya sendiri maupun kepada keluarga, atau kelompoknya.
Berbeda dengan mereka yang merdeka setengah hati.Mereka akan menabrak aturan-aturan dan norma-norma karena dianggap sebagai halangan. Penyimpangan dilakukan karena tidak mengerti kewenangan dan tanggung jawabnya, atau demi keuntungan pribadi / kelompoknya.
Manusia yang merdeka akan bekerja dengan berani dan hati-hati.Manusia yang merdeka setengah hati bekerja dengan nekat dan sembrono.
3.Perbaikan
Seringkali perbaikan atas suatu proses muncul sebagai akibat suatu kegagalan.Agar tidak terulang lagi, maka diupayakanlah perbaikan. Bahkan hasilnya tidak hanya untuk menghindari kegagalan, tetapi juga menghasilkan efisiensi yang lebih baik.Perbaikan bukan hanya dalam proses bekerja tetapi juga perbaikan kompetensi diri.
Ide perbaikan, baik yang sederhana, inovatif bahkan ide yang gila sekalipun, hanya muncul dari pikiran manusia yang betul-betul sudah merdeka.Karena ada keinginan untuk bebas dari kesalahan.Bebas dari ketertinggalan.Ada keinginan untuk melewati tekanan dengan hati-hati.
Berbeda dengan jenis merdeka yang lain (baru setengah hati). Perbaikan hanya akan dianggap sebagai mahluk baru yang menyusahkan, menambah load pekerjaan.Alih-alih memikirkan perbaikan, mereka hanya menggerutu terhadap keadaan gagal dan proses yang tidak efisien.
4.Ketulusan
Kata ulama, bekerja adalah ibadah.Jadi, harus dilaksanakan dengan tulus dan ikhlas.Bekerjalah seperti melayani Tuhan.
Bagi karyawan yang merdeka total, maka ia tahu apa yang menjadi bagian dari pekerjaannya.Ia tahu mengambil posisi dan tidak akan melempar tanggung jawabnya kepada unit kerja atau orang lain.Ia akan mengerjakan bagiannya dengan sepenuh hati.Muhamad Yunus bersama karyawan Grameen Bank bisa berhasil karena mereka bekerja dengan hati yang tulus.Mereka adalah contoh karyawan (dan pemilik) yang merdeka penuh.
Bandingkan dengan karyawan yang baru merdeka setengah hati.Sepanjang hari hanya ada keluh kesah dan gerutu tidak membangun. Tentang load pekerjaa, target yang tinggi, kurangnya penghargaan dari perusahaan, bos yang diskriminatif, atau tentang anak buah yang sulit.
5.Penghargaan
Dalam konsep manajemen diri, penghargaan terhadap diri sendiri sangat penting untuk menjaga motivasi.
Namun demikian, kemampuan untuk memberikan apresiasi kepada diri sendiri hanya dimiliki oleh orang-orang yang bebas, orang-orang yang merdeka seutuhnya.Mereka mampu membanggakan hasil perkerjaannya baik kepada diri sendiri mapun kepada orang lain.Sukses itu sungguh relatif.Dengan demikian, siapa saja bisa mendefinisikan kesuksesan dirinya secara bebas.Seorang customer service junior yang dengan gemetaran karena baru saja selesai melayani seorang calon nasabah yang merupakan pejabat pemerintahan setempat yang cerewet dan bawelnya minta ampun, tetapi bersedia membuka rekening dan fasilitas jasa lainnya, maka boleh saja ia menyatakan dirinya telah sukses dan patut merayakannya.Penghargaan lebih tinggi dari pihak tentu saja penting.Tetapi bagi mereka yang merdeka penuh, jauh lebih penting lagi bila ia dapat menghargai pekerjaannya sendiri, memiliki rasa kebanggaan terhadap hasil pekerjaannya.Dengan demikian, ia mampu mengontrol dirinya untuk tidak tergoda apabila ada insentif / tawaran yang diluar kewajaran atau diluar haknya.
Bagi mereka yang baru merdeka setengah hati, penghargaan adalah kewajiban orang lain bagi dirinya, sementara mereka sendiri tidak tahu persis apakah dirinya layak dihargai atau tidak, tetapi menuntut untuk dihargai.Ketika ada tawaran yang bukan haknya, maka mereka tidak mampu menolak atau membedakan apakah tawaran tersebut merupakan penghargaan atas prestasi atau suap.
Ditengah hiruk pikuk perayaan kemerdekaan Republik Indonesia ke 65 tahun ini, jangan mau anda menjadi manusia yang merdeka setengah hati.Ayoo berjuang untuk betul-betul merdeka.MERDEKA!!!
(tulisan ini mestinya posting di tanggal 16 Agustus 2010, tapi karena kesalahan teknis, skedul tidak terupdate, jadi saya posting hari ini, mudah2an tidak basi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H