Hari ini, Ayah duduk sendiri memandang bintang, terpaku pada pikiran-pikiran yang melintas begitu cepat. Menjelang usia Ayah yang menginjak awal 25-an, pandangan Ayah tentang pernikahan menjadi semakin kompleks.
Lahir dan besar dalam keluarga kelas menengah, Ayah merasakan beban harapan untuk mencapai sukses secara ekonomi sebelum melangkah ke pernikahan. Orangtua Ayah, dengan segala upaya dan pengorbanan, mengajarkan arti kerja keras dan tanggung jawab.
Meskipun demikian, Ayah merasa belum siap untuk menanggung beban ekonomi sebuah keluarga kecil nanti. Masih banyak impian yang ingin Ayah kembangkan dan capai sebelum memikirkan kehidupan berumah tangga, bersama Ibumu.
Pendidikan selalu menjadi nilai yang dihargai di keluarga Ayah begitupun keluarga Ibumu. Meski Ayah berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi, Ayah merasa bahwa masih banyak hal yang ingin Ayah pelajari dan raih sebelum memutuskan untuk membagi hidup dengan seseorang, Ibumu.
Dunia ini begitu luas, dan Ayah ingin merasakan pengalaman hidup yang lebih banyak sebelum menjalani fase pernikahan yang memerlukan keterikatan dan tanggung jawab yang lebih besar.
Ayah lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang kaya akan nilai adat budaya. Meski begitu, Ayah menyadari bahwa adat budaya juga membawa sejumlah tanggung jawab yang besar. Proses meresapi dan memahami nilai-nilai ini memerlukan waktu.
Ayah ingin memastikan bahwa ketika Ayah memutuskan untuk menikah, Ayah tidak hanya mengikuti tradisi tanpa pemahaman yang mendalam, tetapi mampu menghargai dan menerapkannya dengan sungguh-sungguh.
Agama juga memainkan peran penting dalam pertimbangan Ayah. Ayah menghormati nilai-nilai agama dan memahami bahwa pernikahan dianggap sebagai salah satu bentuk ibadah.
Namun, Ayah ingin memastikan bahwa ketika Ayah memasuki ikatan pernikahan, Ayah melakukannya dengan keyakinan yang kuat dan kesadaran spiritual yang mendalam. Menemukan pasangan yang sejalan dengan nilai-nilai agama menjadi tantangan yang berarti bagi Ayah.
Pola pemikiran Ayah tentang urgensi pernikahan terus berubah seiring berjalannya waktu. Dari satu sisi, melihat teman-teman sebaya Ayah yang mulai menata kehidupan keluarga membuat Ayah merasa terdorong untuk segera melangkah.