Penyelenggaraan Pilpres 2024 memang masih jauh, tapi mereka sudah menyiapkan diri untuk tampil ke hadapan publik. Tampil dengan kerja nyata, aksi, dan komitmen. Bukan nongol di televisi, live streaming, dan radio zaman now.
Secara pribadi, saya oke-oke aja bilamana menteri Indonesia Maju, sibuk dengan acara promosi diri guna menyambut pemilihan presiden dua tahun mendatang. Intinya cuma satu, tetap menjalankan kewajibannya dengan baik dan benar. Para menteri di akhir masa jabatannya, meski masih dua tahunan, ambillah kesempatan tersebut untuk mendongkrak popularitas tapi jangan ngawur.
Misal menteri A melakukan bersih-bersih departemen (memangkas beberapa eselon), mengeluarkan kebijakan yang membuat rakyat menjerit kegirangan sedangkan kantong APBN jebol tak karuan, dan kebijakan yang semestinya tidak merepresentasikan kepentingan publik. Ini benar meningkatkan popularitas, tapi tidak meningkatkan keyakinan publik atau masyarakat untuk memilihnya dalam bursa presiden mendatang.
Itupun kalau ada partai politik yang mengusung, kalau tidak, rugilah dua kali. Nama diri jelek, track record kepemerintahan buruk, mana ada parpol yang menjagokan?
Sambil menyelam minum air. Menjalankan tugas di akhir masa jabatannya, sambil melakukan promosi diri (meski sebenarnya tidak langsung), biar media massa yang meliput dan lembaga survei yang menganalisa pola arah perilakunya, secara langsung telah membuatnya terkenal dan dikenal banyak orang dari program dan kebijakan dadakannya.
Meski sama-sama dadakan, tapi lebih nyaman tahu bulat yang digoreng dadakan ketimbang kebijakan atau program dadakan, yang hanya sebatas pemancing gairah masyarakat untuk mencari basis pendukung (suara).
Jadi, intinya satu saja. Tanpa melakukan promosi diri menyambut pilpres, para menteri sebenarnya sudah memiliki tempat di hati masyarakat, andai-andai dipilih jadi capres-cawapres, senanglah kami (masyarakat Indonesia).
Contoh, menteri pertanian dengan program yang sebenarnya baru, petani milenial; menteri pendidikan dan kebudayaan dengan permen yang bikin gerah (permendikbudristek ppks); menteri esdm dengan program sapu-menyapu BUMN tidak sehat; menteri ketenagakerjaan dengan program tenaga kerja asing; dan menteri yang lain dan gak bisa saya sebutkan satu-satu prestasi gemilang mereka.
Bayu Samudra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H