Beberapa waktu lalu, secara tidak langsung Presiden Joko Widodo menghimbau para orangtua untuk melakukan vaksinasi covid kepada para putra-putrinya. Akan tetapi, upaya ini banyak menuai penolakan dari sebagian masyarakat Indonesia. Lantas bagaimana langkah kita sebagai otangtua dalam mengenali dampak dan cara imunisasi vaksin pada anak?
Imunisasi vaksin pada anak sering dilakukan ketika balita. Entah vaksin campak rubella, vaksin polio, dan yang agak gempar adalah vaksin covid. Vaksin ini dimasukkan ke dalam tubuh anak dengan cara disuntik pada bagian tubuh anak, biasanya lengan anak. Pemberian vaksin pada anak pun hanya sekali seumur hidup.
Tulisan ini tidak sedang membahas mengenai problematika vaksin covid untuk anak, tetapi bakal membahas upaya mengenali dampak dan cara menyakinkan anak akan proses imunisasi vaksin pada anak.
Vaksinasi pada anak biasanya dilakukan pada anak yang berusia dibawah lima tahun, untuk vaksin polio atau vaksin yang biasanya ditujukan untuk balita. Kemudian adanya pemberian vaksin lain ketika ada wabah atau hal lain dalam kondisi yang tidak baik, seperti vaksin campak rubella yang beberapa tahun lalu diadakan serentak secara nasional. Dan kini akan ada vaksinasi covid bagi anak-anak, tapi dalam batasan usia yang memenuhi, seperti usia 12 tahun.
Usaha ini dapat membuat bagian yang disuntik dapat berelaksasi, mengendor, dan tidak tegang. Sehingga memperlancar aliran darah pada area tubuh yang ditusuk jarum suntik.
Dampak kedua yang juga menyertai akibat imunisasi vaksin pada anak adalah demam. Vaksinasi pada anak biasanya dilaksanakan pada pagi atau siang hari, dan ketika malam hari tiba, anak mengalami demam tinggi dan kadang disertai muntah-muntah. Hal ini wajar, sebab sebagai upaya adaptasi yang dilakukan oleh tubuh dalam menyikapi vaksin yang masuk ke dalam tubuh.Â
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan plester penurun panas atau mengompres dahi anak dengan air hangat dan alkohol. Apabila demam ini berlanjut hingga keesokan harinya, atau kita cek di dini hari masih panas, berikan anak obat penurun panas atau segera dibawa ke dokter anak untuk penanganan lebih lanjut.
Kalau untuk anak batita, mungkin tidak ada treatment khusus. Sebab belum paham ini itu. Tapi, kalau sudah balita, usia empat sampai lima tahun, perlu ada penanganan khusus sebab mulai rewel, paham akan bagaimana cara menolak, dan punya pemikiran sendiri.
Kita bisa mengakali dengan memberikan iming-iming hadiah atau hal lain ketika telah usai divaksin. Dengan begitu, anak bakal mengupayakan dirinya untuk berani divaksin. Selain itu, topang dengan dukungan moral, berikan semangat, dan berikan ilustrasi kesakitan yang akan dirasakan.