Pada 2004, masyarakat di desaku berembug tentang pembangunan sebuah masjid.Â
Pasalnya tak ada satupun masjid yang berdiri, hanya langgar-langgar kecil yang tersebar di berbagai penjuru desa. Akhirnya, diambil kesepakatan mengubah salah satu langgar milik seorang guru ngaji yang berada di pinggir jalan raya (dulu jalannya gak sebagus saat ini, masih aspal tipis yang banyak lobang) untuk dijadikan masjid.
Kebetulan, tanah pemilik guru ngaji tersebut sangat luas. Dengan keikhlasan, ia mewakafkan tanahnya untuk membangun masjid tersebut. Pembangunan dilakukan hingga kurang lebih lima bulan. Masjid yang sangat besar di kala itu dan cukup mewah.
Masjid satu lantai, tanpa menara, satu kubah, dan ada menara bedug setinggi atap masjid. Selain itu, para santri guru ngaji tadi melakukan pembelajaran agama Islam di masjid kala sore hari. Jemaah salat lima waktu di masjid ini selalu banyak. Terlebih memang masyarakat desaku belum pernah merasakan beribadah di masjid. Masjid Al Hikmah adalah masjid favorit dan pertama di desaku.
Semua kegiatan yang diadakan oleh takmir masjid, selalu ramai di datangi jamaah. Artinya, masyarakat sadar betul tentang cara memakmurkan masjid.
Hingga pada 2016, masjid di desaku mengalami perbaikan atau renovasi. Mengingat sudah banyak tiang penyangga yang keropos, langit-langit yang jebol sana-sini, dan bedug yang kian tipis, hingga masjid tak dapat menampung banyaknya jamaah. Salat jumat saja, jemaah sudah ada di luar atas masjid, saking penuhnya dan semangatnya beribadah di masjid.
Masjid dibangun hingga 2020 dan diresmikan Januari 2021 lalu. Masjid dengan dua lantai, satu menara, lima kubah, sangat megah untuk melaksanakan ibadah salat dan acara keagamaan lainnya.
Perubahan wajah Masjid Al Hikmah tak mengubah pandangan masyarakat untuk enggan beribadah, malah tambah berbondong-bondong beribadah di masjid. Acara keagamaan semakin banyak, sebab tiap minggu selalu ada, mulai dari salawatan, pengajian, bahkan kegiatan sosial pun ada (santunan anak yatim piatu).