Dear Calon Mertua,
Hai, calon mertua. Apa kabar Ayah Bunda? Semoga dalam kenikmatan sehat segar bugar. Tak perlu basa-basi, biar langsung saya sampaikan hajat saya kepada Ayah Bunda, calon mertuaku.
Saya bukanlah orang yang pemberani. Menghadap paras rupawan Ayah Bunda calon mertua saja tak mampu. Malah mewakilkan pada selayar smartphone ini. Saya bukanlah orang yang pemberani. Mengajak putri Ayah Bunda calon mertua saja tidak pernah. Ujug-ujug mengirim notifikasi semacam ini.
Ayah Bunda calon mertuaku. Saya hanya anak seorang petani. Tak punya sawah ladang seluas puluhan hektar, apalagi belasan sapi limousin. Jujur saja, saya merupakan anak orang kere. Sekolah saja selalu masuk sekolah negeri, itupun bayar SPP dengan buah pisang satu tandan per semester. Manalah mungkin, mengenyam pendidikan akademis yang berkualitas.
Ayah Bunda calon mertuaku. Saya anak tunggal. Jangan khawatir harta warisan jatuh pada pakdhe budhe. Jika Tuhan masih memberiku umur panjang, bakal jatuh padaku semua. Walaupun hanya beberapa petak sawah yang hanya bisa menanam padi. Tanahnya pun penuh dengan air. Sepanjang tahun hanya padi. Jangankan tembakau, bayam saja tak tumbuh. Begitupun dua ekor sapi limousin. Gemuk tidak, kurus iya. Itulah gambaran harta keluargaku.
Ayah Bunda calon mertuaku. Saya belum pernah melihat cantiknya putri Ayah Bunda. Saya hanya membayangkan perkataan para tetangga, bahwa Ayah Bunda memiliki seorang putri nan jelita.Â
Ayah Bunda calon mertuaku. Mungkin Ayah Bunda belum pernah mengenalku. Tetapi, saya sudah mengenal Ayah Bunda dari omongan tetangga. Ayah rupawan. Bunda harum mewangi.
Ayah Bunda calon mertuaku. Saya memang tak punya harta berlimpah. Namun, saya punya hati tulus dan ikhlas. Mungkin Ayah Bunda butuh calon menantu dengan hati tulus dan ikhlas. Saya memiliki komitmen yang kuat. Mungkin Ayah Bunda membutuhkan calon menantu yang berkomitmen kuat.
Ayah Bunda calon mertuaku. Jangan cemas bila putrimu bersamaku. Saya akan memberikan ketulusan hati mencintainya. Saya akan menjaga dengan penuh keikhlasan. Saya akan melindungi putrimu dengan komitmen kuat milikku.
Ayah Bunda calon mertuaku. Meski saya bukan keturunan tuan tanah. Saya memiliki garis keturunan pekerja keras, pribadi yang jujur, perilaku mapan bersahaja, karakter rendah hati, dan rajin menabung. Dengan apa yang saya miliki dan restu Ayah Bunda, sekaligus restu Tuhan semesta alam, saya sanggup mencukupi kebutuhan putrimu, baik jasmani maupun rohani.
Ayah Bunda calon mertuaku. Ketahuilah, saya bakal menerima kelebihan dan kekurangan putrimu dengan lapang dada. Saya pula bakal mencurahkan segala cinta kasih yang saya punya kepada putrimu. Saya berjanji menciptakan kebahagiaan lahir batin bagi putrimu.