Setelah kita bersama menikmati keindahan bumi Flobamora, seduhan secangkir kopi Gayo, ramah-tamah masyarakat Dewata, semaraknya Bandungan, khidmatnya ritual Kasaraka, dan megahnya Borobudur. Kini tiba giliran Jawa Timur unjuk gigi. Apa istimewanya Jawa Timur dalam pangkuan Ibu Pertiwi?
Tak asing bagi kita, secuil tanah paling timur pulau Jawa sudah terkenal dengan reog, ludruk, dan ojung. Jawa Timur tak hanya menyimpan budaya leluhur yang masih lestari hingga zaman digital saat ini. Perlahan tapi pasti. Kemolekan Jawa Timur terpancar sedikit demi sedikit. Mulai dari panorama pegunungan, pantai nan rupawan, air terjun menyegarkan, hutan alam menyejukkan, candi bersejarah peninggalan zaman purbakala, dan indahnya religi masyarakat. Semua berpadu dalam keglamoran sejengkal tanah Indonesia.
Tulisan ini tidak sedang membanding-bandingkan kekayaan alam Nusantara. Sebab sejatinya, keragaman ini tercipta atas kehendak Tuhan. Hanya saja, saya beruntung memijakkan kaki di salah satu bumi Pertiwi sebagai anugerah dari Tuhan semesta alam.
Ada banyak sekali wisata alam di Jawa Timur. Tak terkecuali di wilayah tempat tinggal kamu. Sama aja. Ada gunung, terdapat pantai, dilengkapi air terjun, ditambahi hutan, dan diberi bonus peninggalan zaman dahulu. Gak ada bedanya. Masih satu bumi, Indonesia. Masih dengan nenek moyang yang sama. Hanya beda bujur dan lintang.
Baiklah kita mulai menjelajah dengan rute yang sama. Jangan terlalu jauh dari rombongan. Khawatir tersesat. Untuk itu lengkapi peralatan jelajah milikmu dengan kompas (alat penunjuk arah mata angin). Satu lagi, siapkan camilan selama penjelajahan. Bukan penjajahan.Â
Pos pertama, gunung di Jawa Timur.
Kita semua pasti tahu kan? Keberadaan Gunung Semeru atau Mahameru dan Gunung Bromo. Tapi, kita tidak sedang membahas keduanya. Terlalu sering kita dengar. Apalagi saat ini, Semeru tengah batuk-batuk. Gak enak hati membicarakan sesuatu yang sakit.
Arahkan kedua mata kita, (apakah terlalu kasar, saya harap tidak ya) kepada ujung paling timur dari Jawa Timur. Tepat. Banyuwangi dan Bondowoso. Pertahankan agar pandanganmu tetap tertuju di sana.Â
Hanya api biru saja? Setiap hari kulihat pada nyala api kompor. Gak ada istimewanya.Â