Padane nyapres ae. Slogane mbok seng nyoto keroso. Lek ora bener kelolane perusahaan, Yo mosok iso nyejahterakne koline.
Kepemimpinan yang efektif adalah pemimpin yang mampu mengolaborasikan maupun mengharmonisasikan kepentingan pencapaian tujuan karyawan dengan kepentingan pencapaian tujuan organisasi.Â
Tindakan ini dilakukan karena kolaborasi akan menghasilkan sebuah produktivitas dan kinerja organisasi yang jauh lebih mapan dan bagus. Kepemimpinan tersebut harus tersemat dalam jiwa raga seorang pemimpin, bila tidak, akan sangat sulit mencapai tujuan organisasi, lebih-lebih tujuan dari pada para pekerjanya.
Seorang pemimpin harus memiliki beberapa kemampuan, yang mana akan membantu dalam proses kepemimpinannya dalam organisasi. Kemampuan tersebut antara lain kekuasaan dan kewenangan, memahami manusia secara menyeluruh, kemampuan menggali inspirasi bawahan, dan kemampuan menciptakan iklim atau situasi yang kondusif.Â
Bukan seperangkat kemampuan yang mudah untuk dimiliki seorang pemimpin, karena sejatinya, pemimpin adalah orang yang terus belajar mengakomodasi permasalahan untuk menciptakan sebuah terobosan terbaru guna percepatan pencapaian tujuan organisasi.
Apabila seseorang pemimpin tidak memiliki atau tidak mampu menggunakan kekuasaan dan kewenangannya ke jalan yang benar, yakni mengarahkan, mengatur dan mengendalikan jalannya pergerakan organisasi, maka dapat dipastikan organisasi tidak berjalan pada koridor yang benar. Sehingga terjadi banyak penyelewengan maupun ketidaksesuaian dengan tujuan yang hendak dicapai.
Memahami manusia secara menyeluruh. Artinya seorang pemimpin harus mengidentifikasi, memiliki kedekatan atau paling tidak memahami karakteristik masing-masing bawahannya agar penyampaian suatu gagasan seorang pemimpin dapat diterima secara utuh. Tanpa menimbulkan salah persepsi atau salah pengertian, yang pada akhirnya berakibat fatal bagi pertumbuhan organisasi.Â
Dengan memahami karakteristik setiap bawahan, maka seorang pemimpin akan mengetahui bilamana bawahannya mengalami perubahan sikap maupun kinerja dalam organisasi. Alhasil seorang pemimpin harus hadir, memberi motivasi maupun pengarahan untuk membangkitkan kembali gairah karyawan atau bawahan dalam mencapai atau menjalankan tugas dalam organisasi.
Kemampuan menggali inspirasi bawahan. Seorang pemimpin tidak boleh memiliki sikap egoisme yang besar, mementingkan kepentingannya sendiri, tidak menerima masukan bahkan memerintah sewenang-wenang kepada bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi secara paksa. Apalagi memecat para kritikusiawan (baca: kritikus karyawan) dalam perusahaan. Sangat tidak patut. Padahal kritik memang diperlukan.
Mbok yo ngoco, nang Pakdhe Jokowi. De e sampek nyuwun-nyuwun kritik. Kenyataane, wakeh pengkritik seng mlebu penjara. Iki golek kritik, opo golek perkoro. Luwih-luwih golek kripik jangkrik.
Upaya ini, mengakibatkan kelambatan dalam pencapaian tujuan organisasi bahkan kegagalan dari semua fungsi organisasi, dari perencanaan, pengoordinasian, penganggaran, hingga pengevaluasian karena mengalami tekanan dengan paksa yang terus dipaksakan. Bukan hubungan saja yang gagal terjalin jika banyak tekanan. Perusahaan pun sama. Gagal bila kelebihan tekanan.Â