Rasa takut itu menyeramkan. Apalagi dialami oleh si kecil. Buah hati kita. Seorang anak bakal takut bila berhadapan dengan sesuatu yang menakutkan. Ekspresi penunjukan rasa takut anak bermacam-macam. Menangis. Jingkrak-jingkrak. Menyudahi suatu kegiatan. Variatif.
Lantas bagaimana cara menangani hal tersebut?
Pernah gak, kita membawa buah hati ke suatu tempat. Misal kebun binatang maupun keramaian (resepsi pernikahan, acara syukuran, dan sebagainya).
Ketika sudah sampai, gak berselang lama, sepuluh dua puluh menitan. Anak tiba-tiba nangis. Kencang sekali. Memberontak dan pengen segera pulang.Â
Kira-kira kenapa itu terjadi? Benar. Anak kita sedang dihantui rasa takut. Teramat takut. Penyebabnya apa?Â
Anak bahkan kita sendiri bakal mengenali lingkungan sekitar terlebih dahulu, apabila kondisi dan suasana di sekitar area tersebut bukan tempat yang dikenali oleh anak dan diri kita. Jadi, anak-anak bakal beradaptasi.Â
Mengamati keadaan sekitar, mengenali subjek dan objek di sampingnya, dan mengidentifikasi keseluruhan tempat. Jika sudah melihat-lihat, anak akan menafsirkan hasil penginderaannya. Menerima keadaan dengan lapang dada, menerima kondisi yang ada dengan berat hati, dan menolak situasi sekitar.Â
Mungkin seperti itu, alur sikap yang terbentuk pada anak yang belum pernah menyaksikan potret alam semesta. Jadi ada rasa kaget sekaligus takut. Hal ini berdampak pada perilaku anak. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua harus mengantisipasi masalah anak, rasa takut.Â
Apa saja penanganan yang kita lakukan, saat anak mengalami rasa takut?
Pertama, ciptakan suasana lingkungan yang tenang, nyaman, dan damai
Saat kita membawa anak mengelilingi area kebun binatang. Yang jelas, di sekeliling anak banyak kandang satwa. Membuat rasa takut pada anak. Lebih-lebih anak belum pernah melihat binatang yang beranekaragam tersebut. Singa, jerapah, gajah, monyet, bekantan, burung cendrawasih, anoa, bahkan koala.Â