Kadang kejadian akrab ngobrol di kantor, di jalan, di rumah yang kemudian dilihat oleh orang lain bahkan pasangan kita, akan menjadi sebuah benih masalah.
Banyak pasangan yang tidak terima, pasangannya ngobrol akrab panjang lebar bahkan kali tinggi dengan orang lain. Sebab, mereka beranggapan dari perbincangan itulah yang akhirnya menuju kenyamanan dan kenyamanan mengantarkan pada kecocokan hingga mentok di ujung keniscayaan membangun rumah tangga.Â
Jelas, posisi istri atau suami terancam kedudukannya. Apalagi, saat kita tak mampu mengendalikan emosi sehingga perilaku kita dinilai berubah oleh pasangan kita sendiri. Yang mana sumbu harmonis terbakar dan hancur sudah membina hubungan keluarga.
Definisi selingkuh sendiri sangat kabur. Perihal seseorang melihat tindakan si A dan si B yang sering ngobrol di cafe hampir tiap hari yang mana ia tahu bahwa si A adalah istri si C, pasti disangka selingkuh. Padahal nyatanya, mereka patner kerja dan diketahui oleh kedua pasangan mereka masing-masing. Ada pula yang mengatakan bahwa bilamana si A melakukan hubungan seks dengan si B—yang bukan suaminya—jelas dikatakan selingkuh.
Pasangan kita pun sangat sulit menerka arti selingkuh itu sendiri. Sehingga, keretakan rumah tangga hanya dipicu oleh si suami bertamu ke rumah wanita lain hingga larut malam. Yang sebenarnya hanya menyelesaikan tugas kantor.
Berdasarkan pengamatan saya, pihak istri lebih sensitif dan protektif apabila si suami ada main di luar sana. Main kucing-kucingan. Selain itu, wanita memiliki daya tarik yang menggoda bahkan menjadi penggoda sehingga pria jatuh hati, walau di rumah ada istri tercinta dengan ikrar suci.
Kantor bukan satu-satunya tempat mengadu asmara. Warteg, cafe, diskotik, bahkan tempat karaoke adalah sarang letupan asmara yang tak terkontrol. Yang membawa pada hubungan gelap.
Ambil contoh, warteg (warung pinggir jalan yang hanya beratap terpal). Menjadi tempat perselingkuhan. Pasalnya, si penjual adalah wanita bahkan janda keren dan mulus. Wih, siapa sih laki-laki yang tak tergoda. Walau hanya mencicipi kopi susunya. Si A sering beli kopi susu di warteg si E. Karena cantiknya si E, si A ngajak jalan, main bareng, hingga akhirnya berkeinginan meminangnya. Istri si A (si C) tau, sebab rajin dengerin gosipan tetangga yang hampir mirip sama Bu Tejo. Bertengkarlah mereka, kandaslah rumah tangga si A dan si C.
Janda godaan si A yang di warteg, urung menikah dengan si A. Istri si A bercerai dengannya. Hiduplah sebatang kara dan luntang lantung jadinya. Tragis.
Ketika kita masuk ke kantor, warteg, dan tempat erotis lainnya kudu membentengi diri dan ingat bahwa ada pasangan suci kita yang menanti di balik pintu rumah.
Pertama, fokuskan pikiran kita. Kita masuk ke kantor untuk bekerja bukan bercinta dan bermesraan. Kita masuk ke warteg untuk makan atau minum sesekali ngobrol. Kita masuk ke tempat karaoke fokuskan untuk bernyanyi menghibur diri bukan menghibur orang lain dengan menjual rayuan.