Mohon tunggu...
Bayu Aldhino
Bayu Aldhino Mohon Tunggu... -

Seorang Mahasiswa Binawisata yang pernah bersekolah di Man 1 Bandar Lampung, yang Hobi Menulis dan Skateboard

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa yang Menjadi Perbedaan Persepsi Komunikator dengan Komunikan Lintas Budaya ?

15 April 2016   14:07 Diperbarui: 15 April 2016   14:12 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oke sahabat kompasianaku yang baik hatinya, sekarang saya ingin membahas bagaimana bisa perbedaan persepsi komunikator dengan komunikan bahwa tidak dapat dipungkiri Indonesia memang kaya akan kebudayaan dan adat istiadatnya dilihat dari segi pakaiannya, makanan, keseharian masyarakatnya, dan juga cara bertutur kata masyarakat daerah/kotanya. Cara komunikasi yang unik dan tentu berbeda-beda cara melafalkannya, perbedaan karakteristik antarbudaya antara lain ditentukan oleh latar belakang ras dan etnis, usia dan jenis kelamin, pergaulan, latar belakang sistem politik, kepercayaan, minat dan kebiasaan, status, kemampuan berbicara dan menulis, bentuk-bentuk dialek, dan sebagainya. 

Komunikasi yang baik dan efektif itu ialah, dimana si komunikator dapat menyampaikan apa yang dimaksud dalam percakapan yang dapat dipahami oleh komunikan secara menyeluruh. Namun dalam hal komunikasi antar budaya yang alamiah masih menjadi jurang pemisah bagi komunikator dan komunikan dalam berkomunikasi. Tidak jauh-jauh mengambil contohnya saja saya yang sedang melanjutkan studi di Makassar (kuliah) dan saya berasal dari Bandar Lampung jika bukan karena Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi sehari-hari dan hanya mengandalkan bahasa alamiah daerah masing-masing saya yakin komunikasi tidak akan terbentuk dan dampaknya, saya tidak akan punya teman, tidak bisa mengetahui hal baru, belajar budaya masyarakat setempat yah seperti diberi jarak pemisah.

Proses komunikasi antarbudaya berakar dari relasi sosial antarbudaya yang menghendaki dan berkeinginan menwujudkan adanya interaksi sosial. Relasi antarmanusia yang berbeda budaya tersebut sangat mempengaruhi bagaimana isi dan makna dari sebuah pesan yang disampaikan diinterpretasi. Gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi seperti, banyak sekali tipe atau gaya personal yang dimiliki manusia dalam melakukan proses komunikasi. Diantaranya, terdapat orang yang senang bercakap dengan menampakkan wajah senang atau penuh dengan kehangatan, namun ada pula orang yang bercakap dengan wajah dingin dan kurang bersahabat, tergantung dari pribadinya mereka lagi, inilah yang biasanya kemudian lawan bicaranya memiliki perasaan kurang enak.

Pada intinya, komunikator dan komunikan antarbudaya pun menginginkan terjadinya komunikasi yang baik dan efektif. Oleh karena itu, jika ingin menjadikan komunikasi antarbudaya berhasil, maka hendaklah setiap orang mengakui, menerima, dan memahami berbagai perbedaan budaya sebagaimana adanya, bukan sebaliknya memaksakan budaya tertentu yang kita kehendaki untuk diterima dan dipahami orang lain. Karena semua tlah tertulis jelas di pancasila agar kita semua warga indonesia bisa saling menghargai dan menjadi satu kesatuan bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun