Mohon tunggu...
Bayu Aldhino
Bayu Aldhino Mohon Tunggu... -

Seorang Mahasiswa Binawisata yang pernah bersekolah di Man 1 Bandar Lampung, yang Hobi Menulis dan Skateboard

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kompetensi Komunikasi Lintas Budaya

25 Maret 2016   10:14 Diperbarui: 25 Maret 2016   10:29 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sesuai dari yang saya pelajari kemarin mengenai komunikasi lintas budaya bahwa indonesia memang memiliki banyak sekali keragaman suku, budaya dan cara berkomunikasi yang unik satu sama lain, sesuai daerahnya masing-masing. Nah yang ingin saya bahas disini adalah bagaimana komunikasi lintas budaya indonesia ini berinteraksi menggunakan logat mereka (MAKASSAR) yang memang saya tidak mengerti sama sekali bisa dibilang sangat asing, karena saya baru disini dari Bandar Lampung. Tetapi hal itu tidak akan menjadi hambatan untuk berkomunikasi karena masih adanya bahasa indonesia sebagai bahasa pengantar negara indonesia.

Ini sedikit penjelasan kompentensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Kompetensi dalam Bahasa Inggris adalah competency atau competence merupakan kata benda, Menurut William D. Powell dalam aplikasi linguist Version 1.0 (1997) diartikan : 1). Kecakapan, kemampuan , kompetensi ; 2). Wewenang. Kata sifat dari competence adalah competent yang berarti cakap, mampu dan tangkas.

Kata competence adalah state of being capable atau dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan kapabilitas atau kemampuan seseorang, sehingga ia dapat berfungsi dalam cara-cara yang mendesak dan penting. Misalnya kompetensi komunikator adalah sebuah kompetensi yang dimiliki oleh seorang komunikator atau kemampuan tertentu, kemampuan yang cukup dari seorang komunikator dalam menghindari perangkap atau hambatan komunikasi.seperti meminimalisir kesalahpahaman, kekurangmengertian, dan memahami perbedaan sikap dan persepsi orang lain.

Perbedaan dan keanekaragaman adalah sesuatu yang alamiah. Setiap orang, setiap bangsa memiliki keunikannya sendiri-sendiri. Walaupun dunia terasa seperti semakin menyempit dan semakin pudar batas-batas negara karena kemajuan teknologi, perbedaan dan keanekaragaman akan tetap ada. Banyak yang berpendapat globalisasi dapat menyeragamkan budaya-budaya yang ada dan tidak perlu lagi terlalu mengkhawatirkan perbedaan-perbedaan budaya yang ada, tapi penulis yakin perbedaan dan keanekaragaman budaya pasti akan tetap ada. Perbedaan dan keanekaragaman justru menambah semaraknya kehidupan serta merupakan kekayaan bangsa.

 

Sikap menganggap bahwa budaya kita adalah budaya yang terbaik dan budaya-budaya lain seharusnya mengikuti tata cara budaya kita dan dinilai berdasarkan standar budaya kita adalah sikap yang harus dihindari ketika kita berinteraksi dengan orang dari budaya yang berbeda. Sikap ini adalah bentuk dari ethnocentrism negatif (Samovar, Porter dan McDaniel, 2010). Bila kita cenderung bersikap ethnocentrism negatif, akan menghambat keberhasilan dalam berkomunikasi antarbudaya. Dari situlah kita harus mempunyai jiwa sosial tinggi supaya bisa menghargai satu sama lain dan tidak fanatik/rasis terhadap budayanya sendiri, karena tidak menutup kemungkinan kita juga harus mempelajari adat istiadat budaya satu sama lain dalam membuka wawasan bahwa indonesia itu sejatinya negara yang kaya adat budaya, kaya akan alamnya, moral, beragam bahasanya dari sabang sampai merauke.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun