Program pendidikan Strata 3 atau S3 atau program doktoral atau dikenal juga program PhD adalah tingkatan tertinggi dalam pendidikan akademik. Pada tingkat pertama atau strata 1 atau tingkat bachelor seorang mahasiswa di berikan wawasan tentang suatu bidang keilmuan yang spesifik.
Dalam bidang keilmuan itu diperkenalkan beberapa kekhususan dari bidang keilmuan tersebut. Misalnya saja mahasiswa S1 bidang Manajemen diperkenalkan masalah ekonomi moneter, ekonomi internasional, ekonomi industri dan lain-lain. Atau di bidang komputer, mahasiswa S1-nya diperkenalkan masalah-masalah Sistem Informasi, Rekayasa Perangkat Lunak, Inteligensia Buatan ataupun pengolahan citra atau grafik multimedia.
Di tingkat S2, mahasiswa memperdalam  salah satu dari bidang kekhususan itu.  Pada tingkat strata 2 atau magister ini, mahasiswa mempelajari suatu permasalah secara lebih spesifik.  Pada tingkat S2 biasanya ada tiga jenis sistem pembelajaran. Sistem pertama S2 dengan kuliah saja, berikutnya S2 dengan riset saja dan terakhir S2 gabungan antara kuliah dan riset.  Setiap penyelenggara biasanya memiliki kebijaksanaan yang berbeda-beda.
Di tingkat S3, atau doktoral, mahasiswa selain dituntut untuk mendalami bidang yang jauh lebih spesifik, juga dituntut untuk bekerja secara lebih mandiri. Selain itu fokus pendidikannya tidaklah lagi pada kuliah, tetapi pada riset. Kuliah umumnya diadakan untuk menambah pengetahuan yang belum dimiliki. Dan lagi-lagi setiap perguruan tinggi bisa memiliki kebijaksanaan yang berbeda-beda, tapi pada akhirnya ujung tombak dari sekolah doktoral ini adalah riset.
Riset yang dilakukan adalah riset yang berbasis pada pengembangan ilmu baru. Ilmu baru ini harus memiliki dasar yang kuat, artinya mahasiswa harus menguasai dasar-dasar keilmuannya sebelum bisa menawarkan sesuatu yang baru. Jangan sampai karena ketidaktahuannya, maka yang ditawarkan sudah pernah di ajukan oleh orang lain.
Ibaratnya kalau si A yang secara autodidak menemukan secara persis teori relatifitas-nya Einstein, tapi karena sudah ditemukan oleh Einstein, maka 'penemuan' yang baru bagi si A itu tentunya tidak lagi baru bagi orang lain. Dan akibatnya penemuan si A itu tidak ada artinya, walaupun si A sudah bersusah payah menemukan teori itu.
Untuk meyakinkan bahwa penemuan baru itu belum pernah dilakukan orang lain, tentunya mahasiswa harus memiliki ilmu-ilmu dasar ini. Dukungan dari pembimbing tentang bidang khusus ini, akan sangat membantu. Jadi untuk pekerjaan riset S3, panduan ataupun masukan dari pembimbing sangatlah penting. Dengan ketersediaan Internet, proses verifikasi bisa lebih mudah dilakukan.
Selain itu suatu penemuan haruslah di uji secara ilmiah di media publik. Media publik yang dimaksud disini tentunya media publik yang khusus berurusan dengan bidang yang dikerjakan si mahasiswa S3 tadi.
Media yang digunakan bisa melalui suatu konperensi ataupun suatu journal ilmiah. Â Suatu konperensi umumnya di gunakan untuk menyampaikan suatu gagasan atau ide di publik yang tertentu. Biasanya suatu tulisan harus diseleksi dulu sebelum bisa di tampilkan di suatu konperensi. Suatu tulisan di jurnal biasanya lebih berat, karena ada reviewer yang biasanya ditunjuk oleh editor dari jurnal. Reviewer ini haruslah seseorang yang menguasai bidangnya.
Hasil dari riset S3 ini diharapkan memberikan suatu dampak bagi kemajuan keilmuan di bidang yang spesifik ini. Â Seberapa bagus atau tidaknya dampak ini harus dievaluasi oleh pembimbing. Pembimbing atau promotor atau advisor atau supervisor yang sudah lebih berpengalaman bisa menyatakan kecukupan dari suatu pekerjaan riset S3.
Jadi untuk melakukan riset S3 selain keaslian dari ide  juga dampak dari riset yang dilakukan adalah hal yang penting.  Lagi-lagi dengan ketersediaannya informasi lewat media Internet, pekerjaan riset S3 haruslah selalu memperhatikan hasil pekerjaan riset dunia di bidang yang sama.