Sajen sebuah kata yang bagi sebagian orang terasa aneh, atau paling tidak ketika kita mendengar kata tersebut maka akan menghubungkan dengan hal-hal yang berbau mistis. Sajen dalam pengertian saya sebagai orang jawa banyumasan adalah sarana dalam sebuah acara adat, misalkan hajatan pernikahan, pindah rumah, kelahiran, selamatan kematian dan sebagainya.
Umumnya sajen berupa bunga, jajanan pasar, air putih, teh, kopi, rokok klobot(rokok dari bungkus jagung), kemudian kemenyan(dlm acara tertentu). Sajen dimaksudkan sebagai syarat dari yang punya hajat supaya diberikan kemudahan dalam melakukan acara.
Sajen berasal dari kata sesaji, sesaji berarti hidangan, jadi bagi orang jawa pada umumnya bersikap bahwa segala acara yang penting harus mengingat kepada leluhur. Mengingat dalam hal ini berarti minta restu (blessing), menurut saya adalah sebuah kearifan budaya dimana kita berusaha mengingat dari mana kita berasal karena tidak mungkin manusia dilahirkan tanpa LELUHUR (bapa, ibu, kaki, nini dst).
Sesaji adalah sebuah kata yang bermakna spiritual dari suku kata SE yang berarti SATU SA yang berarti RASA, dan JI yang berarti AJI (Baik, Bagus,Siji). Jadi sesaji adalah symbol dari sebuah olah rasa pribadi manusia untuk bertemu dengan RASA SATU yang paling AJI/BAGUS/BAIK, RASA tersebut oleh manusia jawa dianggap sebagai manifestasi atau penjawantahan SIFAT TUHAN yang ada dalam diri manusia yang harus diolah/diusahakan dirawat supaya tetap menjadi pegangan dalam bertindak dalam hari-hari. Sehingga jika ada acara penting dalam sebuah keluarga maka biasanya orang jawa selalu memberikan SAJEN/SESAJI, hal ini adalah salah satu wujud ingat/eling kepada
TUHAN yang merupakan LELUHUR yang paling LUHUR atau disebut LUHUR LUHURNYA LUHUR.
Disarikan dari berbagai sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H