Mohon tunggu...
Apindha Kusuma Bayu
Apindha Kusuma Bayu Mohon Tunggu... -

mencari kebenaran didalam diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sajen dari Banyumas

18 Oktober 2011   05:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:49 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sajen sebuah kata yang bagi sebagian orang terasa aneh, atau paling tidak ketika kita mendengar kata tersebut maka akan menghubungkan dengan hal-hal yang berbau mistis. Sajen dalam pengertian saya sebagai orang jawa banyumasan adalah sarana dalam sebuah acara adat, misalkan hajatan pernikahan, pindah rumah, kelahiran, selamatan kematian dan sebagainya.

Umumnya sajen berupa bunga, jajanan pasar, air putih, teh, kopi, rokok klobot(rokok dari bungkus jagung), kemudian kemenyan(dlm acara tertentu). Sajen dimaksudkan sebagai syarat dari yang punya hajat supaya diberikan kemudahan dalam melakukan acara.

Sajen berasal dari kata sesaji, sesaji berarti hidangan, jadi bagi orang jawa pada umumnya bersikap bahwa segala acara yang penting harus mengingat kepada leluhur. Mengingat dalam hal ini berarti minta restu (blessing), menurut saya adalah sebuah kearifan budaya dimana kita berusaha mengingat dari mana kita berasal karena tidak mungkin manusia dilahirkan tanpa LELUHUR (bapa, ibu, kaki, nini dst).

Sesaji adalah sebuah kata yang bermakna spiritual dari suku kata SE yang berarti SATU SA yang berarti RASA, dan JI yang berarti AJI (Baik, Bagus,Siji). Jadi sesaji adalah symbol dari sebuah olah rasa pribadi manusia untuk bertemu dengan RASA SATU yang paling AJI/BAGUS/BAIK, RASA tersebut oleh manusia jawa dianggap sebagai manifestasi atau penjawantahan SIFAT TUHAN yang ada dalam diri manusia yang harus diolah/diusahakan dirawat supaya tetap menjadi pegangan dalam bertindak dalam hari-hari. Sehingga jika ada acara penting dalam sebuah keluarga maka biasanya orang jawa selalu memberikan SAJEN/SESAJI, hal ini adalah salah satu wujud ingat/eling kepada

TUHAN yang merupakan LELUHUR yang paling LUHUR atau disebut LUHUR LUHURNYA LUHUR.

Disarikan dari berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun