Mohon tunggu...
Apindha Kusuma Bayu
Apindha Kusuma Bayu Mohon Tunggu... -

mencari kebenaran didalam diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Purwojati, Refleksi Sejarah Kelahiran Manusia

26 November 2011   07:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:10 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Shyadan suatu ketika Hanoman sang duta dari maliawan diutus oleh sang Rama untuk menemui dewi Shinta yang sedang diculik oleh Raja Alengka Diraja, Rahwana, sang Anoman setelah melalui perjalan yang panjang dan diterpa berbagai keadaan sampailah dia dipantai negeri Alengka Diraja dan terpana dia karena dipantai tersebut sampai dengan gerbang kota terbentang permadani merah yang indah, karena terpananya tanpa disadarinya permadani merah tersebut perlahan-lahan menggulung tubuhnya dan membersihkan badannya dari segala kotoran, terasa sangat nyaman dan nikmat dia didalam dekapan permadani tersebut, namun tiba-tiba permadani merah tersebut hilang dan ketika anoman membuka matanya dihadapannya telah berdiri satu raksasa, Ditya Kilat Meja begitu namanya, ternyata permadani merah tersebut adalah lidah dari sang raksasa tersebut.

Ditya Kilat Meja adalah prajineman Alengka Diraja yang ditugaskan oleh Rahwana untuk menjaga gerbang kota. Raksasa ini dapat menjulurkan lidahnya sesukanya dan akan mengulung siapa saja musuh yang datang tanpa menyadari karena nikmat bagai permadani.

Maka anoman segera tersadar diri, kemudian menggigit putus lidah tersebut maka tewaslah prajineman Alengka tersebut, tetapi tanpa disadari anoman berubah wujud menjadi seperti Ditya Kilat Meja yang ditelah dibunuhnya tersebut.

Tanpa mempedulikan dirinya maka ia pun dapat masuk kekota tanpa dicurigai karena wujudnya berupa prajineman Alengka Ditya Kilat Meja, ketika itu Anoman merasa haus, dia melihat buah waluh/labu segar menggelantung pada pohonnya yang dijaga oleh dua raksasa prajineman Alengka yang sedang tertidur, dia memetik dan memakan buah waluh tersebut. Setelah makan dia merasa puas yang luar biasa hawa dingin dan segar segera merambah seluruh tubuhnya.

Wahai kawan berani sekali kamu memakan santapan sakti junjungan kita Rahwana, maaf kawan karena kecerobohanmu kami terpaksa harus membunuhmu, berkata dua raksasa tersebut yang bernama Ditya Ramadipati dan Ramadaya.

Prajineman tersebut adalah raksasa kembar yang bertugas menjaga pohon waluh makanan sakti Rahwana, Ditya Ramadipati adalah raksasa laki-laki tetapi penampilannya seperti wanita sedangkan Ditya Ramadaya adalah raksasa perempuan tetapi berdandan seperti laki-laki. Kata-kata dua raksasa ini sungguh halus dan lembut seharusnya mereka marah karena aku telah memakan waluh, Anoman tak habis pikir dengan prajineman Alengka ini. Ditatapnya mata kedua raksasa ini ada keteduhan dan misteri masa lalu yang belum datang.

Segera mereka bertarung, tetapi sungguh indah pertarungan tersebut masing-masing seolah-olah hendak mengalah dan saling mengasihi, Anoman segera tersadar akan tugasnya maka dibenturkanlah kedua kepala raksasa tersebut sehingga tewas dan kedua raksasa ini masuk kedalam jagadnya.

Anoman sang Duta Rama segera melanjutkan pencarian Dewi Shinta, sampailah dia disebuah kali yang sangat jernih airnya, ia menyusuri sungai tersebut banyak wanita-wanita ngalengka yang mengambil air disitu, ia berpikir mungkin saja Dewi Shinta ada diantara wanita tsb, tetapi ia dihadang oleh raksasa prajineman Alengka kembali, mukanya menyeramkan namanyaDditya Garba Ludira, raksasa ini segera membentuk tebing darah yang menutup jalan Anoman.

Anoman segera mengeluarkan kesaktiannya maka hancurlah tebing darah tersebut bersama dengan itu Ditya Garba Ludira hilang dan masuk dalam jagadnya, anoman pun kembali kepada wujudnya asalnya. Sungguh aneh kelakuan para prajineman Alengka ini pikir kera putih ini. Tetapi belum lepas dari dari keheranannya dihadapannya ada raksana berwujud buta bajang putih,bentuknya mirip sekali dengan dirinya, matanya memancarkan aura mengisyaratkan harapanyang tak kunjung tiba.

“Anoman aku ikut dengan kamu” kata buta bajang putih tersebut, “siapakah kamu raksasa yang menyerupai aku?” Tanya anoman, tetapi buta bajang putih tersebut tidak menjawab malah melompat menggelayut didada Anoman, mendekap dan menciumi pipi sang kera putih ini.Anonam merasakan kehangatan, dia merasa mempunyai saudara kembar yang menyayangi dan mencintainya.

Lama dia membiarkan dirinya dilanda kehangatan yang mengherankan tsb, matanya terpejam dan ketika membuka matanya terlihat matahari meredup, tidak siang dan juga tidak malam, dan diantara suasana temaram yang menentramkan tersebut tersemburatlah empat warna cahaya yg gilang-gemilang.

Warna putih yang merekah terang berposisi disebelah timur menimbulkan hati yang tenang seolah-olah memberi jalan hidup. Disebelah selatan cahaya merah berwarna terang seolah-olah memberi perlindungan, disebelah barat cahaya kuning menyala menyiratkan kehidupan dan diutara cahaya hitam mengharu memberikan ketentraman.

Pelahan matahari menghilang dan sepenuhnya digantikan oleh kegemilangan empat cahaya tersebut dan didalam pandangan tersebut Anoman melihat seorang perempuan telanjang menengadah pasrah dan diatasnya ada lelaki yang sedang menelingkupinya, nikmat sekali kedua insan tersebut, waktu seolah berjalan pemandangan itu digantikan dengan perempuan yang sedang mengaduh kesakitan., Anoman seperti mengenal wanita yang kesakitan tersebut, Anoman seperti melihat proses kelahirannya sendiri. Dan tepat pada saat itu anoman mendengar suara ibunya Dewi Anjani.

“Anoman, prajineman buta bajang putih itu adalah ditya pulasio, seperti keempat prajineman yang telah kau jumpai, ia adalah saudara-saudaramu, terimalah mereka dalam jagadmu” kata suara itu

“Ibu! Betapa aku merindukanmu!” teriak anoman, ia tidak asing akan suara lembut yang menyapanya, suara Dewi Anjani ibunya yang sudah lama meninggalkannya.

Anoman menengadah keatas dan pelahan Dewi Anjani turun dihadapannya, dan berkata, “anakku ingatkah dahulu ketika aku menceritakan tentang PURWAJATI, ASAL-USULMU yang sejati” Tanya Dewi Anjani

“tak akan terlupa cerita tersebut dalam ingatanku Ibu”jawab Anoman

“Purwajati telah kamu saksikan, Nak. Kamu dilahirkan dalam kesatuan jagad semesta. Bapa kawahmu ada disebelah timur, Ibu Darahmu ada di Selatan, Kakek Ari-arimu di Barat dan Nenek Pusarmu ada disebelah utaran serta aku Ibumu, kamilah kekuatan jagad semesta yang telah melahirkanmu. Pada saat kelahiranmu kekuatan alam semesta menyatu, menjadi milikmu, berwujud dalam rupa kawah, ari-ari, getih dan pusar, artinya kamu lahir tidak sendiri tetapi bersaudara lima yaitu kawah, ari-ari(kembar), darah dan pusar, kelima saudaramu itulah yang menemani kamu lahir dan kehidupan” (SAUDARA LAHIR BATIN).

“Ibu sekarang aku mengerti mengapa aku sangat merindukan bersatu dengan saudaraku, ternyata aku tidak sebatang kara. Tapi mengapakah aku mesti dipisahkan begitu lama dengan mereka” Tanya Anoman.

“Nak, kekuatan jagad raya selalu ingin bersatu denganmu, karena dalam dirimu mereka akan menemukan kesempurnaannya. Tapi ketahuilah Nak, kamu tidak mungkin dilahirkan tanpa dosa, karena begitulah hakekat kehidupan dunia. Maka ketika kamu dilahirkan maka kekuatan jagad semesta terpaksa dipisahkan dari dirimu. Dan tersebarlah saudaramu kawah ditimur, ari-ari diselatan, getih dibarat dan pusar diutara. Karena terpisah darimu maka kekuatan jagad raya itu dalam keadaan tidak sempurna, tetapi ketidaksepurnaan itu adalah karena dosa-dosa kehidupan ini, juga kehidupanmu sendiri saat kamu dilahirkan”

“Ibu tapi mengapa aku dilahirkan dalam wujud bayi, mereka tidak” Tanya anoman.

Anjani menjawab “ Cinta seorang ibulah yang berusaha mengalahkan dosa-dosa itu. Maka mewujudlah cinta itu dalam rupa dirimu yang lahir sempurna sebagai bayi. Maka yang selalu menjadi keprihatinanku agar kau bisa menyempurnakan saudara-saudaramu agar hilang dossa-dosa kehidupan ini dan kamu menjadi sempurna karenanya.

Nak aku tidak ingin mengingat saat kau lahir ketika kelima saudaramu merengek-rengek minta ikut dengan engkau, tapi itu tidak mungkin karena kamu masih harus menyempurnakan diri dalam perjalanan hidupmu, kasihan mereka Nak”

“Ibu lalu kapan aku bisa bersatu dengan saudara-saudaraku lagi?” Tanya anoman

“berbahagialah kamu Nak, hari ini kamu telah bersatu dengan mereka, ketahuilah Nak, Ditya Kilat Meja adalah saudara kawahmu, Ditya Ramadaya dan Rama Dipati adalah Ari-arimu, Ditya Garba Ludira adalah Darahmu, dan Ditya Pulasio adalah pusarmu. Cintailah mereka Nak, Dalam jagadmu mereka menemukan kesempurnaan, dalam jagadnya sendiri, mereka tidak berdaya apa-apa, malah makin hari makin sengsara diperalat oleh kejahatan yang memeliharanya. Sekarangkau tidak sendirian hadapilah kehidupan besama dengan saudara-saudaramu mereka akan membantu segala yang kau butuhkan.

Disadur dari ANAK BAJANG MENGGIRING ANGIN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun