Memasuki usia ke-79, Indonesia terus diuntungkan dengan jumlah penduduk produktif yang kian meningkat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), penambahan jumlah penduduk usia produktif berkisar 2-4 juta penduduk setiap lima tahun sekali hingga tahun 2045-2050. Di sisi lain, meningkatnya jumlah penduduk produktif perlu diiringi dengan peningkatan produktivitas sehingga tidak menimbulkan bencana demografi yang mengerikan. Berikut lima skill yang diperlukan oleh Gen Z untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin masa depan yang produktif.
Interpersonal dan Komunikasi. Dengan kemampuan interpersonal dan komunikasi (verbal atau non verbal) yang baik, kita akan mampu menjalin hubungan dan komunikasi yang lebih mapan dalam kehidupan bermasyarakat maupun di tempat kerja. Menurut Forbes, Kemampuan ini dapat dilatih dengan cara lebih banyak membaca, mengikuti pelatihan komunikasi, lebih banyak bersosial, dan aktif mendengarkan lawan bicara.
Kepemimpinan. Menjadi calon pemimpin berarti harus siap dengan perjalanan pembelajaran dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Pemimpin yang hebat tidak dilahirkan, tetapi ia dibentuk dari banyak rintangan dan ujian hidup. Menurut Harvard Business Review dan Indeed, terdapat kualitas penting yang harus dimiliki pemimpin, antara lain: Autentik, berintegritas, curiosity, kreatifitas, berempati, fleksibel, problem solving, dan critical thinking
Kemampuan Analisis. Skill ini menuntut pemimpin untuk cakap dalam memecahkan masalah yang kompleks, mengidentifikasi penyebabnya, hingga menghasilkan solusi terbaik. Kemampuan ini dapat diasah dengan cara belajar memahami sebuah data, memahami implikasinya, dan mewaspadai adanya bias. Pemimpin perlu memahami apa yang coba dikatakan oleh data, maupun informasi lainnya seperti hasil penelitian dan berita.
Adaptasi. Dunia berubah begitu cepat, apa yang kita pelajari hari ini bisa jadi sudah tidak akan relevan besok hari. Perubahan cepat yang terjadi menuntut kita untuk senantiasa cekatan dalam merespon dinamika yang berbeda, dan mau merangkul peluang serta tantangan baru. Mencoba hal baru di luar zona nyaman bisa menjadi latihan yang bagus untuk para calon pemimpin, karena ia akan menuntut fleksibilitas yang berguna dalam menghadapi perubahan.
Empati. Memiliki kemampuan untuk memahami dan terhubung dengan orang lain merupakan ciri kepemimpinan yang kuat. Kita dapat belajar untuk menumbuhkan empati dengan cara berinteraksi dengan berbagai orang dari latar belakang yang berbeda. Ini sangat berguna untuk memahami perspektif yang baru demi membangun pemahaman dan koneksi.
Itulah lima modal awal untuk menjadi pemimpin masa depan yang produktif, tentu masih banyak softskill dan hardskill yang harus diasah demi menjadi pemimpin yang paripurna. Negeri yang maju akan selalu ditopang oleh penduduknya yang produktif, mari kita tingkatkan kualitas diri sebagai bentuk tanggung jawab terhadap keberlangsungan bangsa dan negara. Nusantara baru, Indonesia Maju!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H