Abah Wira tentunya gembira akan punya menantu seorang guru. Setelah bertanya agak jual mahal, apakah niat lamaran didorong oleh hati nurani yang suci (kalau banyak noda, nantinya akan direndam dulu pakai Rinso), A nah Wira menerima lamaran tersebut. Pak Jalil dan istrinya, Bu Rokayah, tak dapat begitu saja gembira mendengar lamaran anaknya diterima. Bu Rokayah heran karena Abah Wira tidak meminta persetujuan dari putrinya. Bu Rokayah melirik Ajie sesaat lalu menatap lembut ke arah Winne yang sedang tertunduk. "Kalau pendapat Neng Winne bagaimana?"
"Dia anak penurut. Tak pernah membantah kehendak orang tua," Abah Wira yang menjawab.
Winne semakin menundukkan wajahnya, dan si abah dengan ceroboh menafsirkan gerakan menunduk itu sebagai anggukan kepala.
Pak Jalil kemudian menyerahkan cincin tuntangan. Dengan begitu, resmilah pertunangan antara Ajie dengan Winne. Rencana nikah akan diselenggarakan..., oh, maaf, belum ada keputusan pasti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H