Mohon tunggu...
Jahanam Loloda
Jahanam Loloda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Batu Jahanam asal Loloda, Halmahera Utara

16 Mei 2015   04:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:58 1975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kala itu situasi maupun kondisi saya bagaikan berjalan tanpa melihat titik terang, fisik maupun stamina saya pun menurun, hari - hari kelam yang saya lewati tanpa kobaran semangat di waktu muda.

Suatu hari saya diberikan informasi tentang batu alam yang bernama batu jahanam, hihh ngeri.. pikir saya. Selama beberapa saat teman saya menceritakan asal usul dari batu tersebut beserta manfaatnya, intinya saya tidak pernah dapat menerima secara logika dengan cerita-cerita tentang keajaiban batu pada umumnya, karena dibenak saya namanya batu ya tetap batu alias benda mati, bukan obat (kimia) atau herbal (tumbuhan) yang memang dapat berpengaruh terhadap tubuh kita.

Senyum saya lontarkan setiap cerita tentang batu jahanam yang teman saya layangkan, sampai pada akhirnya teman saya berkata kepada saya.. " Jika saya memberikan batu jahanam ini ke kamu, maukah kamu menyimpan dan tidak membuangnya? "

Potongan hitam kecil yang dia tawarkan ke saya, saat itu saya berpikir 'kalau gratis wah tentu saja saya mau, yah lumayan lah ukurannya sepertinya bisa saya buat menjadi mata batu cincin kecil'

Saya langsung menjawab.. " Baiklah saya terima, dan saya tidak akan membuangnya :) "

Hari berganti-hari sampai pada suatu waktu, saya iseng dan membawa bongkahan bahan batu jahanam itu ke tempat pengasah batu, dan meminta bapak pengasah batu tersebut untuk membuatkan saya sebuah mata cincin dari batu tersebut. Setelah sejam lamanya saya menunggu maka jadilah mata batu cincin jahanam, saya terima ikatan cincin yang disarankan oleh bapak tersebut, membayar 100ribu dan pulang dengan Cincin batu jahanam pertama saya.

Anehnya disaat saya memakai cincin batu jahanam itu saya seperti merasakan perbedaan dari sebelumnya, tetapi dengan cepat saya langsung menepisnya dengan pikiran 'ah itu hanya sugesti saja, mustahil'

BENARKAH ?

...bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun