Mohon tunggu...
Horas Sitindaon
Horas Sitindaon Mohon Tunggu... -

BIOGRAPHICAL INFORMATION Nationality: Indonesia. Born: 10 April 1980 Education: University of Negeri Jakarta and Polytechnic UI ini Mechanical Engineering Career: Ecxelcomindo Pratama as Call Center(2007) and Engineer at Smartfren (2012)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

SATE (Saat Teduh)

19 Maret 2012   08:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:48 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JANGAN DIPERBUDAK HARTA

Sebuah tafsiran mengatakan bahwa mazmur ini lahir dari pengalaman seorang benar yang dikejar-kejar dan hendak dibinasakan oleh orang-orang kaya yang sombong, sehingga ia menjadi terancam maut dan ketakutan, tetapi ia mengalami pertolongan Tuhan .Pemazmur tidak menggubah mazmur ini sebagai mazmur syukur melainkan pengajaran/hikmat.Tujuannya adalah mengajarkan pembacanya agar jangan mengandalkan harta atau kekuasaan untuk keselamatan diri.

Pemazmur mulai dengan ajakan kepada semua orang untuk belajar hikmat melalui pengalaman hidupnya. Lalu ia meneruskannya dengan membicarakan betapa sia-sianya rasa takut kepada orang-orang jahat. Mereka ini merasa percaya diri karena kekayaan dan kekuasaan mereka.                 Padahal kekayaan dan kesombongan tidak dapat menjamin hidup mereka dan tidak dapat melepaskan mereka dari hukuman Tuhan.Tuhan pasti membalas kan kejahatan mereka setimpal.Orang yang mengandalkan diri sendiri pasti akan hancur, sebaliknya orang yang mengandalkan Tuhan pasti akan selamat. Pemazmur juga menjelaskan bahwa kekayaan adalah sesuatu yang fana.  Harta tidak dapat membeli kehidupan, dan saat mati harta harus ditinggal.Orang yang hidupnya mengandalkan harta, menurut pemazmur adalah orang yang tidak berpengertian.Ia tidak lebih dari seekor binatang yang akan dibinasakan.

Realitanya kita sering diperbudak oleh harta, kita menganggap orang kaya lebih tinggi daripada orang miskin, lebih berkuasa untuk mengatur orang lain dan uangnya.Kita merasa tak berdaya, takut, dan malah bejuang untuk menjadi orang kaya .Tenaga dan pikiran kita korbankan untuk hal yang sia-sia. Andalkan Tuhan, dan bekerja kumpulkan harta bukan untuk jaminan masa depan melainkan untuk persembahan kepada Tuhan bagi pelayanan kepada sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun