Mohon tunggu...
Batas Hidup
Batas Hidup Mohon Tunggu... karyawan swasta -

segala sesuatunya di mulai dari mimpi, kemauan, percobaan dan kemudian bukti nyata yg terkecil yg akan menjadi besar, sebesar harapan dan usahamu...(batas hidup)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Terimakasih untuk Semua

13 Januari 2011   00:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:39 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12948792561536956474

Gak terasa hampir dua tahun saya bekerja disini, tinggal di mess bersama tiga teman yang sekaligus karyawan disini. Dari tidur, makan dan bekerja pun kami bersama, ibarat keluarga kami pun selalu berbagi. Banyak juga kenalan- kenalan yang baik disini. Huaghhh... rasanya seperti saya akan bebas dari segala beban yang melekat di pundak selama ini. Beban hati, tenaga maupun pikiran, karena saya akan mengundurkan diri dan keluar secara terhormat dari tempat ini. Meskipun penghasilan saya akan punah saya tidak khawatir karena masih ada cukup tabungan untuk 3 bulan kedepan, jadi saya harus dapat pekerjaan lagi sebelum 3 bulan. Memang saat memutuskan hubungan kerja ini hati saya terbebani dengan tuduhan yang membuat saya benar-benar marah. "Korupsi" ya mungkin itu kata yang singkat dan tepat ketika si bos memarahi saya karena laporan keuangan terlambat saya berikan. Hemh... sambil mengambil nafas panjang lalu cepat-cepat saya hembuskan, rencana pengunduran diri pun saya ucapkan saat itu juga saya beralasan ingin dekat dengan orang tua, kemudian membuka usaha kecil-kecilan di kampung. Bos pun menyetujui keputusan saya dengan syarat pekerjaan yang saya tangani sekarang harus selesai dahulu baru diperbolehkan untuk keluar. Saya pun menyanggupinya bukan karena permintaan bos, tapi demi sebuah kata profesional dan tanggung jawab. Satu bulan sudah pekerjaan ini sudah selesai. Sekarang saatnya saya pamitan kepada semua teman-teman sekaligus bos saya. Karena orang tua saya mengajarkan datang secara baik-baik pergi pun harus dengan cara baik-baik. Saat-saat sedih bagi saya, saya akan kehilangan keluarga kedua, rumah kedua sekaligus penghasilan saya.  Intensitas untuk bertemu dan bercanda dengan mereka pun akan berkurang. Sampai jumpa kawan, sesekali saya akan berkunjung ketempat ini lagi, bercerita tentang perkembangan apa saja yang kita alami.

Saya bersyukur karena kalian mengenal saya. Sewajarnya manusia ada yang menganggap baik dan menganggap buruk. Mereka yang menganggap pintar karena mereka rendah hati Mereka yang menganggap bodoh karena mereka lebih paham Terimakasih teman-teman ku semua. Karena masih ada ruang kecil dipikiran kalian Yang masih menyimpan memori deretan huruf nama saya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun