Mohon tunggu...
batara tobing
batara tobing Mohon Tunggu... Akuntan - Memperluas dan berbagi wawasan

Purna bhakti ASN

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Catatan Piala Asia U-23: VAR, Bagai Pisau Bermata Dua

30 April 2024   09:44 Diperbarui: 30 April 2024   09:50 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Semi final Piala Asia U-23 di Doha Qatar menjadi anti klimaks pencapaian prestasi timnas Indonesia di Piala Asia U-23 setelah kalah 0 - 2 dari Uzbekistan dalam sebuah pertandingan dimana Indonesia mendapatkan tekanan secara terus menerus dari Uzbekistan, sehingga timnas sulit untuk memeragakan permainan tiki taka yang di pertandingan sebelumnya ditampilkan dengan cantik menawan oleh tim garuda muda.
Jadilah Indonesia bermain dibawah tekanan dengan statistik ball possesion 38% berbanding 62% untuk keunggulan Uzbekistan dan berakhir dengan kekalahan, berhenti untuk melaju ke babak final.

Sebetulnya timnas Indonesia sempat unggul 1 - 0 dengan gol yang disarangkan oleh Ferrari, namun dari ruang kendali VAR, wasit VAR (Vidio Assistant Referee) melakukan call terhadap wasit utama agar gol Ferrari itu ditinjau ulang melalui VAR Riview.
Wasit menemukan selisih kaki Ramadhan Sananta yang melewati kaki pemain Uzbekistan di area pinalti, walaupun sebetulnya justru badan pemain Uzbekistan masih sejajar dengan kaki Sananta namun wasit memutuskan gol yang masuk ke gawang Uzbekistan menjadi dianulir.

Anulir gol yang sudah terlanjur dirayakan oleh pemain timnas dan supporter Indonesia inilah yang menjadi awal merosotnya mental pemain sehingga selanjutnya para pemain timnas Indonesia sedikit kacau balau dan hilang fokus.
Terbukti tidak lama kemudian barisan pertahanan yang semula kokoh menjadi kacau dan saat itulah Uzbekistan menjaringkan bola ke gawang Indonesia, mungkin para pemain timnas masih kesal dengan keputusan gol yang dianulir itu, sehingga hilang fokus.
Bahkan selanjutnya, kepanikan dan kurang konsentrasi memicu Arhan Pratama menjaringkan gol ke gawang sendiri, bola yang sudah dikuasai oleh kiper Ernando justru ditendang oleh Arhan masuk ke gawang sendiri, apes bener..

Peran Vidio Assistant Referee (VAR) sejatinya digunakan untuk membantu wasit utama untuk mendapatkan visual runtut momen kejadian disaat pertandingan yang sedang berlangsung kurang jelas bagi wasit utama untuk membuat keputusan.
Jadi, menurutku wasit dapat saja mengabaikan VAR apabila sudah mendapatkan keyakinan penuh terhadap apa yang telah disaksikan nya secara jelas.
Alasannya, berbeda dengan VAR yang tersedia untuk pertandingan tenis atau badminton yang menampilkan tayangan grafis bola berada, keluar atau didalam garis lapangan, sebaliknya VAR di pertandingan sepakbola tidak melakukan review dan memberikan hasil secara grafis real time, sehingga wasit utama kembali harus menimbang nimbang keputusannya dan terpengaruh secara subjektif setelah mendapatkan tayangan VAR.
Itulah sebabnya, beberapa klub yang berlaga di liga Eropa pun tidak begitu mendukung pemakaian VAR ini.

Beberapa tindakan kontroversial keputusan wasit dengan bantuan VAR justru menjadikan pertandingan menjadi semakin penuh debat kusir, bertentangan dengan tujuan awal VAR untuk menjadikan pertandingan semakin terang benderang.
Disaat laga timnas Indonesia VS Qatar misalnya, wasit utama langsung mengganjar Ivar Jenner dengan kartu merah tanpa perlu meminta bantuan tayangan VAR, walau dari slow motion TV terlihat jelas Ivar Jenner justru menghindar dari sapauan kaki sliding tackle yang dilakukan pemain Qatar, namun wasit keukeuh mengeluarkan kartu merah.., apes bagi Ivar yang tetap harus keluar dari lapangan.

Laga di liga Inggris juga tidak luput dari kontroversi yang bikin heboh. Di akhir pertandingan tahun lalu, striker Wolves Sasa Kalajdzic dilanggar secara kasar oleh kiper MU Andre Onana di kotak pinalti, namun wasit tidak sedikit pun berniat mengulas momen pelanggaran itu melalui VAR.
Beberapa kontroversi yang sama di liga Inggris dan liga Eropa tentang penggunaan VAR ini justru menambah panjang diskusi dan debat kusir tentang manfaat dan mudharat penggunaan VAR.

Pada akhirnya, integritas seorang wasit adalah hal yang paling utama. Walau secara manusiawi seorang wasit tidak sempurna dan memiliki keterbatasan visual dan psychologis, namun dengan integritas yang dimilikinya maka keputusan yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan sebagai wasit profesional.
VAR hanyalah alat bantu, bagai pisau bermata dua yang suatu saat dapat menguntungkan atau merugikan kepada tim yang bertanding, sedangkan integritas seorang wasit mutlak diperlukan sebagai pengadil.

Walau gagal melaju ke final, namun tetap tahniah bagi timnas Indonesia yang sejauh ini berhasil mencatat prestasi bagus dan masih terbuka peluang untuk lolos bermain di Olimpiade musim panas Paris, semoga berhasil.., good luck dan tetap semangat garuda muda...

Tanjungsari, 30 April 2024
Batara Tobing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun