Mohon tunggu...
batara kala
batara kala Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang suka menulis, tetapi amatir, suka membaca, dan suka berkomentar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Martabat Tak Memandang Pekerjaan

11 Desember 2024   22:51 Diperbarui: 11 Desember 2024   22:51 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baru-baru ini, Seorang tokoh publik agama yang dihormati yang kerap dipanggil Gus Miftah, menjadi sorotan publik setelah sebuah video viral menunjukkan dia mengerjai seorang penjual es teh bernama Sunhaji dalam acara Magelang Bersholawat. Aksi tersebut menuai kontroversi karena dianggap mempermalukan pedagang kecil di depan umum. Banyak netizen yang menyayangkan tindakan ini, terlebih karena dilakukan di sebuah acara besar dan di hadapan banyak orang. Sebagai tokoh publik dan pemuka agama, Gus Miftah memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat. Setiap tindakan atau perkataan yang dilakukan olehnya tidak hanya mencerminkan kepribadian, tetapi juga membawa dampak pada nilai-nilai yang disebarkannya. Tindakannya tidak hanya berdampak pada korban langsung, tetapi juga dapat memicu tindakan serupa dari orang lain. Publik menaruh harapan besar pada tokoh agama seperti Gus Miftah untuk menjadi contoh yang baik. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika tindakannya justru bertentangan dengan nilai-nilai yang selama ini diajarkan. Dalam kasus ini, meskipun mungkin maksud awalnya adalah untuk bercanda atau mencairkan suasana, tindakan tersebut dinilai tidak sesuai karena melibatkan martabat seseorang, terlebih seorang pedagang kecil yang hidup dari usaha sehari-harinya.

Martabat setiap individu, termasuk pedagang kecil seperti Sunhaji, harus dihormati dalam segala situasi. Dalam konteks ini, bercanda di depan umum dengan cara yang merendahkan atau berpotensi mempermalukan seseorang tidak hanya tidak bijaksana, tetapi juga berisiko menimbulkan dampak psikologis dan sosial bagi orang yang menjadi sasaran. Sunhaji, yang bekerja keras untuk menghidupi dirinya atau keluarganya, tidak seharusnya menjadi bahan lelucon di acara besar seperti itu. Namun, sebagai manusia, kita tidak luput dari kekhilafan. Dalam situasi ini, Gus Miftah perlu meminta maaf secara tulus kepada Sunhaji dan masyarakat luas. Permintaan maaf tidak hanya diucapkan, tetapi juga harus dibuktikan dengan tindakan nyata. Langkah ini penting untuk memulihkan kepercayaan publik dan menunjukkan bahwa beliau mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan penghormatan terhadap sesama, termasuk kepada golongan kecil seperti pedagang.

Peristiwa ini sebenarnya dapat menjadi pengingat bahwa humor atau candaan memiliki batasan, terutama jika dilakukan di depan umum dan melibatkan pihak lain. Kita harus lebih peka terhadap kondisi dan situasi orang yang diajak bercanda. Apa yang bagi sebagian orang terlihat lucu, bisa jadi terasa menyakitkan bagi orang lain. Empati menjadi kunci dalam menjaga hubungan sosial yang sehat, baik dalam interaksi sehari-hari maupun di acara besar. Selain itu, masyarakat juga perlu mengambil pelajaran dari peristiwa ini untuk terus menghormati sesama, tanpa memandang status sosial atau pekerjaan. Para pedagang kecil, seperti Sunhaji, adalah bagian penting dari komunitas kita yang layak mendapatkan penghormatan atas kerja keras dan kontribusi mereka. Tindakan yang tidak sengaja merendahkan mereka bisa memberikan dampak besar, baik secara psikologis maupun sosial.

Tokoh publik, sebagai panutan, memiliki tanggung jawab moral untuk menunjukkan contoh yang baik, termasuk dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat dari berbagai kalangan. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih saling menghormati dan menghargai, sehingga peristiwa serupa tidak lagi terulang. Peristiwa ini menjadi sebuah pembelajaran untuk lebih menghormati martabat manusia, tanpa memandang status atau latar belakangnya. Sikap hormat dan empati adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh rasa saling pengertian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun