Mohon tunggu...
Fahdi Batara Harahap
Fahdi Batara Harahap Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Angie “Sukses” dengan Aksi “Bohong”nya

16 Februari 2012   11:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:34 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah ditetapkan sebagai tersangka, Angelina Sondakh (AS) dihadirkan sebagai saksi dalam persidangan M Nazarudin (MN). Banyak pihak berharap kesaksian AS akan semakin membuka tabir dari kasus Wisma Atlet yang diperkirakan banyak melibatkan orang orang penting. Karena dari kesaksian dari saksi saksi lainnya terungkap peran AS termasuk dominan dan ikut menentukan proyek Wisma Atlet. Dari kesaksian AS juga publik berharap akan terungkap siapa siapa lagi yang sebenarnya terlibat dalam kasus ini.

Dalam kesaksiannya di persidangan MN ternyata AS menggunakan “jurus” yang biasa digunakan tersangka dalam pengadilan Tipikor. Membantah yang ada dalam BAP, membantah keterangan saksi lainnya, mengatakan tidak tau atau lupa, itu juga yang terungkap dalam kesaksian AS.  Sesuatu yang ada bukti kongkret juga masih coba ditutupi atau setidaknya dengan alasan lainnya. Dari kesaksian AS itulah publik akhirnya menyimpulkan banyak yang bohong dari yang dinyatakan AS dalam persidangan tersebut. Dalam situs berita online Tempo.co 16-02-2012 disebutkan dengan jelas daftar “kebohongan” AS.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah “bohong”nya AS adalah sesuatu yang spontan atau telah direncanakan sebelumnya, atau ada motif lain dibelakangnya. Jika dikatakan spontan mungkin tidak karena terlihat AS tenang dalam menjawab pertanyaan hakim. Tidak ada ekspresi terkejut  atau bingung dengan pertanyaan hakim. Artinya AS sudah menyiapkan diri dengan segala kemungkinan yang ada dalam persidangan. Yang perlu dicari tahu kemudian adalah apa motif yang melatarbelakangi AS sehingga dalam persidangan tersebut berani melakukan “kebohongan”.

Satu hal yang sudah pasti dan sukses untuk sementara dari aksi “bohong”nya AS adalah publik kemudian memperdebatkan atau meributklan aksi “bohong” nya tersebut dan untuk sementara lupa dari tujuan awal AS bersaksi agar bisa membuka tabir kasus tersebut. Setelah persidangan itu hampir semua media online memberitakan “kebohongan” AS dan membahasnya baik dari sisi hukum maupun dampak buat AS sendiri. Setidaknya untuk saat ini publik lupa dengan “bos besar”, “ketua besar” dan siapa lagi yang terlibat dalam kasus ini.

Kesuksesan lainnya yang diperoleh AS adalah berhasil “melokalisir” kasus ini untuk sementara hanya pada dirinya dan tidak ada keterlibatan pihak lain lagi. Dengan aksi “bohong”nya AS berhasil mempengaruhi asumsi publik bahwa dialah yang beperan besar dalam kasus ini sehingga dia harus melakukan aksi “bohong”nya untuk berkelit atau setidaknya mencoba meringankan tuduhan yang dialamatkan pada dirinya. Para pengamat, masyarakat sibuk mendiskusikan mengapa AS bersikap demikian, bahkan rekannya di Partai Demokrat Max Sopacua juga sudah memastikan kalau AS berbohong terutama tentang pertemuan dengan Tim Pencari Fakta  Demokrat (tempo.co, 16-02-2012). Hal inilah bisa menjadi motif dibelakang aksi “bohong”nya AS karena untuk melindungi orang tertentu atau kepentingan tertentu.

Secara keseluruhan aksi “bohong” AS berhasil dan sukses untuk sementara mengalihkan perhatian publik terhadap kasus wisma atlet menjadi kasus kebohongan AS dalam persidangan. Apalagi kemudian tim pengacara MN berencana untuk melaporkan “kebohongan” AS tersebut kepada pihak berwajib karena dianggap sebagai kesaksian palsu. Hal itu memang baik setidaknya memberi tekanan kepada AS agar bisa berkata jujur dan apa adanya, tapi jika itu terus dilanjutkan dan harus diproses terlebih dahulu bukan tidak mungkin kasus yang sebenarnya (wisma atlet) bakal “tenggelam” dengan kasus baru kesaksian palsu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun