inspiratif dari tiga perempuan di Asia yang berusaha mengurangi sampah plastik. Hebatnya, sebelum mengubah orang lain, mereka memulainya dari diri sendiri. Mengapa saya tertarik? Karena saya tinggal di sebuah daerah yang hampir tidak ada sampah plastik (percayalah, tanpa saya harus menjelaskan daerah tersebut - seperti Thomas).
Seprti biasa, saat sarapan, saya selalu menonton BBC World News. Pagi ini saya tertarik dengan sebuah kisah
Berikut, singkat tentang tiga perempuan hebat tersebut, yang dengan upaya masing-masing, bertekad untuk mengurangi penggunaan sampah plastik.
1. Hoang Thao (Hanoi, Vietnam)Â Sudah tiga tahun terakhir berusaha mengurangi sampah plastik. Ketika pergi ke pasar untuk belanja, dia selalu membawa kantong sendiri. Hebatnya dia memiliki sebuah usaha daur ulang baju-baju belas. Dari baju-baju belas tersebut dia berhasil membuat tas yang menarik.
2. Astri Puji Lestari (Jakarta, Indonesia)Â Berusaha mengurangi sampah plastik sejak tujuh sampai delapan tahun terakhir. Berkat pengetahuan sederhananya tentang bahan dasar deterjen, dia berusaha membuat deterjen sendiri. Dia hanya memerlukan baking soda, sabun dari bahan alami dan minyak esensial. Menurut Astri, ini merupakan sebuah proses yang panjang, sebuah proses seumur hidup. "Kalau bukan sekarang, dampaknya akan kita rasakan nanti..." Katanya.
3. Carrie Yu (Beijing, China)Â Mulai mengurangi sampah plastik sejak tiga tahun terakhir. Carrie mengumpul semua sampah yang dia dan pasangannya gunakan, terutama yang tidak bisa didaur ulang atau dikompos, melipatnya sekecil mungkin dan mengumpulkannya dalam toples. Bahkan untuk mengurangi dia menggunakan sikat gigi dan pasti gigi buatan sendiri.
Itulah tiga perempuan di Asia yang memiliki tekad yang besar untuk menanggulangi dan mengurangi sampah plastik. Tiga perempuan ini sangat menginspirasi banyak orang, dan mereka harus menjadi contoh... sebab Indonesia, China, dan Vietnam termasuk negara dengan penghasil sampah plastik terburuk dunia, menurut laporan Ocean Conservancy 2015.
Memang bukan sebuah hal yang mudah, tapi tidak ada salahnya jika memulai dari diri kita sendiri. Bukankah kebaikan itu menular? Kalau bukan sekarang, kelak kita akan merasakan dampaknya. Kalau bukan kita yang merasakan, generasi berikut pasti akan merasakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H