Mohon tunggu...
Bataona Noce
Bataona Noce Mohon Tunggu... Freelancer - Aku... Nanti, kalian akan mengenaliku di sana....

Mencintai bahasa dan sastra, seperti mencintai dirinya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Benarkah Menyebut Air Menggenang dengan Istilah "Banjir"?

21 Februari 2017   12:51 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:21 2719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Banjir" menjadi topik pembicaraan yang menarik di berbagai media sosial. Malangnya, banyak masyarakat Indonesia yang kurang teliti dalam menggunakan Bahasa Indonesia. Berikut tiga kata yang patut diketahui mengenai fenomena yang sedang melanda, yaitu banjir, genang dan empoh. Pertanyaannya, apa kata yang tepat untuk menggambarkan fenomena tersebut?

Menurut KBBI, “banjir” berarti berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap (kali, dsb). Hal ini berbeda dengan “genang”, yang berarti terhenti mengalir, tertutup/terendam air (yang tidak mengalir). Membandingkan kedua pengertian ini dapat dikatakan bahwa “banjir” dan “genang” itu merupakan dua kata yang berbeda baik dari segi penulisan, pengertian dan penggunaannya. Tentu saja pengertian ini bukan pengertian dalam makna kiasan.

Istilah yang ketiga adalah empoh, suatu istilah dalam kata Bahasa Indonesia yang jarang digunakan atau lebih tepatnya kata yang hampir lenyap. “Mengempoh” berarti melampaui pinggirnya; naik dan meluap, mengandaikan air itu mengalir, volumenya naik dan akhirnya meluap, lebih dekat dengan “banjir”. “Mengempohi” yang berarti menggenangi dan “keempohan” yang berarti tergenang air lebih dekat dengan “genang”.

Berbagai alasan menunjukkan bahwa kebanyakan pengguna Bahasa Indonesia kurang menyadari hal ini. Menyebut semua fenomena yang terjadi dengan sebutan ‘banjir’ merupakan suatu hal yang salah, karena tidak semua tempat mengalami itu dan kebanyakan hanya mengalami ‘genang’. Apalagi kebanyakan media massa mengunakan istilah yang sama, membuat seluruh masyarakat menjadi ‘ikut-ikutan’ keliru. Lalu, apakah lebih tepat menggunakan kata ‘empoh’, karena mewakili banjir dan genang sekaligus?

Perlu menjadi catatan, dan mungkin banyak sekali orang yang tidak menyadari hal ini. Bahwa hanya segelintir pengguna Bahasa Indonesia yang menggunakan kata “banjir” dalam istilah Geografi menurut pengertian KBBI yang artinya peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banyak orang tidak menyadari hal ini, sama seperti melalaikan kata “empoh” yang dapat dikatakan lebih dekat dengan kata “banjir” sekaligus “genang”.

Sekarang hanya tergantung pengguna Bahasa Indonesia untuk memilih kata yang tepat untuk menggambarkan fenomena yang sedang terjadi. Kecintaan kita terhadap bahasa nampak dalam cara kita menggunakannya. Meskipun ‘banjir’ adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan dalam istilah Geografi, namun tidak banyak orang menyadarinya. Lalu ‘empoh’ yang dapat mewakili keduanya, ‘banjir’ dan ‘genang’, apakah saatnya telah tiba untuk melupakannya? (Bataona Noce)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun