Mohon tunggu...
Rinto Pangaribuan
Rinto Pangaribuan Mohon Tunggu... -

Santai Sajalah Kawan!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Oposisi Biner: Sebuah Telaah Terhadap Kasus Pemerkosaan di India

3 Maret 2015   22:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:13 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mukesh Singh, seorang pemerkosa di India yang diancam hukum mati atas tindakan yang dilakukannya bersama lima orang kawan lainnya terhadap perempuan bernama Jyoti Singh. Jyoti Singh ditemukan tewas setelah pemerkosaan massal yang dilakukan oleh sekelompok laki-laki yang berasal dari kawasan kumuh di India. Kasus pemerkosaan memang sudah menjadi masalah nasional di India sehingga ancaman pidana mati menjadi hukum maksimal bagi para pelaku.

Apa yang membuat kasus pemerkosaan ini menjadi menarik adalah respon Mukesh Singh yang tampak tidak menunjukkan penyesalan atas tindakan yang dilakukannya. "Wanita lebih banyak menyebabkan perkosaan ketimbang pria," kata dia. Kemudian dia melanjutkan, "Ketika diperkosa, seharusnya dia tidak melawan. Seharusnya dia diam saja dan membiarkannya. Mereka akan menurunkannya setelah 'menggagahinya' dan hanya akan memukuli pria,". Dengan alasan yang sepertinya membenarkan tindakannya, dia mudah sekali mengatakan, "Kau tidak bisa bertepuk sebelah tangan, butuh dua tangan. Wanita baik-baik tidak akan keluar sekitar jam 9 malam. Wanita lebih bertanggung jawab atas perkosaan ketimbang pria. Pria dan wanita tidak setara. Pekerjaan rumah untuk wanita, bukan keluar ke disko dan bar di malam hari melakukan tindakan yang salah, memakai pakaian yang tidak pantas. Sekitar 20 persen wanita baik." Dia akhirnya menutup "pembelaannya" dengan sebuah ancaman jika dia dihukum mati, "Hukuman mati malah akan membuat semakin berbahaya bagi wanita. Sebelumnya, pemerkosa akan mengatakan 'tinggalkan dia, dia tidak akan mengadu'. Sekarang setelah mereka memerkosa, terutama kriminal, mereka akan membunuh gadis itu."

Jika menelaah argumentasinya, maka setidaknya saya bisa menyimpulkan beberapa hal:

1. Perempuan yang seharusnya adalah korban yang perlu dibela malah dituduh sebagai penyebab.

2. Perempuan ditempatkan pada posisi lemah dan tak boleh melawan ketika kehormatannya direbut. Laki-laki pemerkosa itu lupa, dalam budaya timur, kehormatan perempuan itu jauh lebih berharga dari pada nyawa perempuan itu sendiri. Sang pemerkosa melupakan ini sama sekali. Perempuan lagi-lagi ditempatkan pada posisi lemah.

3. Pemerkosa itu melakukan sebuah diskriminasi kasar. Dia mengatakan bahwa wanita baik-baik tidak keluar sekitar jam 9. Kenapa laki-laki tidak dikenai standard yang sama? Dia mengatakan bahwa wanita lebih bertanggung jawab atas pemerkosaan. Bukankah pemerkosaan itu pun terjadi karena ada laki-laki yang tak mampu mengontrol birahi binatangnya? Dia bilang lagi bahwa perempuan dan laki-laki tidak setara. Itu diukur dari mana? Apa acuan untuk mengukur ketidaksetaraan itu? Pekerjaan rumah untuk wanita. Jadi pekerjaan laki-laki adalah memperkosa perempuan yang keluar rumah sekitar jam 9. Begitukah maksudnya? Perempuan harus memakai pakaian yang pantas. Kemudian laki-lakikah penentu pakaian pantas atas tubuh perempuan? Kemudian laki-laki tidak perlu membuat pantas pikirannya sendiri? Sekitar 20 persen wanita baik. Artinya kau berhak memperkosa 80% lainnya, begitu?

4. Logika hukum sipemerkosa pun kacau. Jadi maksudnya agar korban perkosaan tidak dibunuh, maka hukuman mati dicabut, begitu? Kenapa tidak sekalian saja dia usul pada pemerintah di India agar menyediakan UU dan hukum konstitusional yang mengatur bagaimana cara memperkosa yang baik, benar, dan sesuai hukum?

Apa itu oposisi biner?

Kita hidup dalam sebuah cara berpikir dengan oposisi biner. Oposisi biner yang dimaksud adalah hitam >

Cara berpikir demikian akhirnya menempatkan "kacamata" hanya pada dua perspektif saja. Dia akhirnya menutup (dengan sengaja) perspektif lain. Dia menutup kemungkinan-kemungkinan. Dalam hitam >< putih, dia menutup yang abu-abu. Dalam anak-anak >< dewasa, dia menutup kemungkinan remaja. Hal yang sama untuk semua oposisi biner lainnya.

Apa konsekuensi logis dari pemikiran ini adalah munculnya sebuah hierarki dalam penilaian. Kemudian hierarki penilaian memunculkan hierarki kekuasaan karena penilaian hanya bisa muncul melalui kekuasaan. Nilai ditentukan oleh kekuasaan, "will to truth" menjadi "will to power". Kekuasaan itu menjadi sebuah monopoli tafsir atas sebuah penilaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun