Mohon tunggu...
Muhammad Basir
Muhammad Basir Mohon Tunggu... -

Hanya seorang mahasiswa yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hujan dan Sisi Romantismenya

16 Juni 2012   12:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:54 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kenapa saat hujan menggertak bumi yang sedang lelap selalu mencuatkan sisi romantisnya. Di mulai saat menatap sejenak kumpulan bocah yang kegirangan berlarian di bawa guyuran hujan. Mencipratkan kubangan-kubangan air tanpa dosa. Berteriak seolah ingin menyaingi gempuran Guntur dari langit kelabu. Terkadang mereka tersenyum dengan barisan gigi-gigi ompong mereka. Segalanya begitu menyenangkan buat mereka, bahkan dalam keadaan badai sekalipun. Belasan tahun silam masa itu sudah termakan waktu, namun takkan usang dalam kepalaku.

Ku buang sejenak pandangan mata dari mereka…

Lalu sebuah ingatan membawaku melesat pada suatu masa. Ketika hujan menahanku bersamanya di tepi jalan yang tengah kuyup. Hujan seperti sengaja menahan kami agar sekedar menuai senyum di hari yang sedikit menyebalkan. Menebarkan guyonan yang diakhiri suara tawa renyah yang beradu dengan suara hujan yang menghentak-hentak aspal yang semakin kuyup.

Waktu kini seperti sebuah lift yang membawaku ke lantai selanjutnya…..

Ku alihkan kembali sang waktu.

Dinginnya hujan solah sengaja mencurahkan kehangatan di sebuah ruang tamu sederhana. Listrik yang padam kala itu tak memadamkan kehangatan kami. sebuah lampu tempel seolah mengantikan sisi-sisi gelap rumah kami. senyum-senyum ringan itu terukir bersama bayangan kami yang membesar di ujung dinding yang kusam. Menari-nari seperti ingin menghibur kami di tengah hujan yang masih saja memandikan bumi yang sudah kedinginan. Berbagai candaan kami ciptakan kala itu hingga sunyi menyapu setiap sudut kehidupan dan membawa kami terlelap dalam balutan lampu tempel.

Semua itu hanyalah secuil romantisme yang terkadang menggelitik di antara hujan yang menyerbu kehidupan. Terkadang sebuah keromantisan membawa sebuah rasa rindu yang melilit kalbu dan ingin kembali ke masa itu. Tapi begitulah waktu, hanya sekali ia melewati kita dan takkan pernah terulang lagi. Meski itu adalah sebuah kebahagiaan yang tak sungkan bibir kita untuk tersenyum mengingatnya. Kini, aku hanya mensyukuri segalanya. Bahwa aku pernah mengenal orang-orang berjiwa hangat seperti mereka atau sekedar mengenang masa kecil yang sangat bahagia dengan sejuta kesederhanaan.

Semoga kau pun seperti itu atau mungkin lebih bahagia dari penyusun kalimat-kalimat ini……

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun