2. Anonymitas: Kemampuan untuk menyembunyikan identitas di internet memberikan rasa aman kepada pelaku untuk melakukan bullying tanpa takut akan konsekuensi.
3. Kesenjangan Sosial dan Budaya: Ketidakpahaman atau ketidaksetujuan terhadap budaya dan tradisi yang berbeda juga dapat memicu tindakan bullying.
4. Keinginan untuk Mendominasi: Beberapa pelaku bullying merasa perlu untuk mendominasi atau menunjukkan kekuasaan mereka di dunia maya.
Bullying cyber dapat memiliki dampak yang serius terhadap kesehatan mental dan emosional dai, antara lain:
1. Stres dan Kecemasan: Pelecehan terus-menerus dapat menyebabkan stres kronis dan kecemasan yang tinggi.
2. Depresi: Perasaan putus asa dan sedih yang berkepanjangan akibat bullying dapat menyebabkan depresi.
3. Trauma: Ancaman kekerasan atau penghinaan berat dapat meninggalkan trauma psikologis yang mendalam.
4. Penurunan Kepercayaan Diri: Penghinaan dan fitnah dapat merusak rasa percaya diri dai, yang pada gilirannya mempengaruhi kinerja dan efektivitas dakwah mereka.
Bullying cyber juga berdampak pada aktivitas dakwah dai, seperti:
1. Pengurangan Partisipasi: Dai mungkin menjadi enggan untuk berpartisipasi dalam diskusi online atau berbagi konten dakwah karena takut akan menjadi sasaran bullying.
2. Penurunan Kualitas Konten: Stres dan tekanan dari bullying dapat mengurangi kualitas konten yang dihasilkan oleh dai.