Dari sisi produsen dan petani, kenaikan harga sembako ini setidaknya bisa menutupi kerugian akibat gagal panen. Namun, bagi konsumen dan masyarakat umum, khususnya kelas menengah ke bawah, peningkatan harga sembako jelas menambah beban pengeluaran.Menurut survei Bank Indonesia pada Desember 2023, kenaikan harga sembako memberikan tekanan inflasi cukup signifikan terhadap kelompok pengeluaran bahan makanan. Inflasi bahan makanan pada Desember 2023 mencapai tingkat tertinggi dalam 5 tahun terakhir yaitu sebesar 2,1 persen secara tahunan (year-on-year).
 Dari sisi daya beli masyarakat, kenaikan harga sembako ini sangat dirasakan oleh keluarga kelas menengah ke bawah yang menghabiskan porsi pengeluaran lebih dari 60 persen untuk memenuhi kebutuhan pangan. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2022 menunjukkan rata-rata pengeluaran rumah tangga di Indonesia untuk komoditas makanan mencapai 66,5 persen.Oleh sebab itu, pemerintah pun berupaya menekan laju kenaikan harga sembako agar tidak terlalu memberatkan daya beli dan anggaran konsumsi masyarakat menjelang tahun baru. Upaya-upaya pengendalian kenaikan harga sembako terus digencarkan, termasuk dengan menekan margin keuntungan bagi pelaku distribusi dan operasi pasar untuk pengucuran stok dan pasokan sembako yang cukup.
Proyeksi Kenaikan Harga Tahun 2024
 Lonjakan harga pangan pada akhir tahun 2023 diperkirakan masih akan berlanjut sampai awal tahun 2024. Proyeksi Bank Indonesia menyebutkan bahwa inflasi pangan pada Januari 2024 diperkirakan mencapai 2,3%, bahkan berpotensi menyentuh 2,5%.Proyeksi ini didasarkan pada prakiraan cuaca ekstrem akibat dampak perubahan iklim global yang masih berlanjut. Musim kemarau diperkirakan akan lebih panjang sementara curah hujan lebih singkat namun ekstrem. Kondisi ini tentu sangat tidak ideal bagi budidaya tanaman hortikultura dan palawija.
 Sementara dari sisi permintaan, lonjakan konsumsi pangan pada momen tahun baru, imlek, dan libur sekolah masih akan berlanjut hingga masa awal tahun 2024. Apalagi ditambah event politik pemilihan kepala daerah serentak yang juga memicu distribusi sembako dari daerah surplus ke daerah defisit.Dengan berbagai faktor tersebut, diperkirakan tekanan kenaikan harga pangan masih akan tinggi pada kuartal I tahun 2024, meski potensinya melandai di kuartal berikutnya pascapuncak musim panen raya. Kendati demikian, tahun 2024 diprediksi menjadi tahun yang penuh gejolak harga pangan.
Tantangan dan Kendala
 Meski berbagai upaya pengendalian harga terus digencarkan, pemerintah juga menghadapi sejumlah tantangan dan kendala. Pertama, kendala cuaca dan iklim ekstrem dampak perubahan iklim global yang sulit diprediksi. Kedua, tingginya harga pupuk dan input produksi akibat krisis energi dan pangan global masih belum mereda.
 Kemudian terkait distribusi, tidak optimalnya koordinasi kebijakan antardaerah dan ego sektoral yang masih tinggi menghambat kelancaran distribusi pangan nasional. Selain itu, tingginya disparitas harga antarpulau di Indonesia juga menyulitkan upaya stabilisasi harga pangan nasional.Tantangan lainnya adalah serbuan produk impor dan volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang rawan memicu lonjakan harga. Apalagi bila terjadi panic buying oleh masyarakat, risiko kenaikan harga pangan menjadi semakin sulit dikendalikan.Oleh karena itu, tantangan pengendalian inflasi dan stabilisasi harga pangan di tahun 2024 diperkirakan akan lebih berat dibandingkan tahun sebelumnya. Dibutuhkan kerja keras serta koordinasi yang lebih baik antarsemua stakeholder terkait.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H