Bonar memang salah satu murid tenpintar di kelas 5. Tapi entah kenapa Ia selalu ingin lebih dari segalanya dari Alit yang anak lugu, namun sangat sering membuatnya berpikir buntu.
Siang itu juga, Alit menghampiri Bonar yang sedang santai duduk di kantin sekolah.
“Ternyata kamu di sini, ya?”
“Memangnya kenapa kalo saya di sini.” hardik Bonar.
“Jangan begitu dong. Aku kan cuma mau main bareng sama kamu.”
“Aku nggak mau. Biar Kau tau Kakekku itu pemain timnas ternama.” Bonar menyombongkan diri.
“Emangnya kakekmu saja yang jago. Kakekku juga jago tau.” Alit membalas hardikan Bonar.
“Memangnya Kakekmu siapa?”
“Biar Kau tau, ya. Mantan Pelatih serta Pemain Timnas Argentina itu Kakekku tau.”
“Ah. Yang benar?” Jidat Bonar mengkerut.
“Ia. Namanya Maradona. Itu kembaran kakekku Mara Halim, adeknyalah Mara Hotman, kakak mereka Mara Tua Pambarbaran Timbalbalik Pengetaman.” jelas Alit.
“Wah…berarti kamu keturunan orang yang hebat, ya!”
“Ah. Biasa saja.”
NB : Kesombongan akan berakibat kepada kehancuran, karena di balik kesombongan akan membuat kita berbangga diri. Sementara itu dilarang Mama—Papa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H