Melalui web ppln.kbrikl.org, PPLN KL memberikan setiap data yang berkaitan dengan Pemilu Luar Negeri. Mulai dari Daftar Pemilih Tetap hingga Daftar Caleg Tetap. Melalui laman tersebut pemilih dapat mengetahui akan memilih di TPS mana. Yang lantas menjadi 'masalah' adalah data yang terus berubah dari waktu ke waktu tanpa adanya pemberitahuan - mulai dari perubahan TPS, penggantian TPS dsb. Saya menyadari bahwa perubahan data tersebut untuk tujuan yang baik, namun di sisi lain juga berakibat buruk pada pemilih yang tidak mengecek data terbaru tersebut.
Sosialisasi Pemilu LN yang kurang maksimal
PPLN KL secara umum sudah memberikan sosialisasi Pemilu LN secara baik. Bahkan hingga berkunjung ke pelosok-pelosok Kelantan di ujung utara. Tetapi rasanya sosialisasi tersebut belum maksimal berjalan.
Contoh kecil yang saya ambil adalah tidak dimanfaatkannya kantong kegiatan TKI dan Mahasisw di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur yang berlangsung setiap hari Minggu. Setiap minggunya, tak kurang dari seratus orang terlibat dalam berbagai kegiatan di sekolah yang bernauh di bawah KBRI KL ini. Mulai dari Edukasi untuk Bangsa (pelatihan Bahasa Inggris dan Komputer gratis untuk WNI di KL dan sekitar), Universitas Terbuka Pokjar KL hingga MyWNI Peduli (komunitas sosial WNI di Malaysia). Tetapi PPLN tidak memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melakukan sosialisasi sehingga sosialisasipun seringkali hanya dilakukan secara mandiri dan seadanya.
Stigma "Semua Tugas PPLN"
Di luar semua itu, stigma "Semua tugas PPLN" juga menyebabkan banyak hal yang seharusnya bisa berjalan secara mandiri menjadi tidak berjalan. Orang-orang menjadi merasa tidak perlu tahu seluk beluk Pemilu hanya karena sudah ada PPLN. Orang-orang menjadi acuh pada masalah-masalah Pemilu karena sudah ada PPLN. Dan sebagainya. Tetapi untuk yang satu ini memang bukanlah hal yang mudah untuk dibenahi karena abstrak dan berhubungan erat dengan sumber daya manusia bangsa ini.
Ke depan, masalah informasi ini harus ditangani secara serius karena bagaimana Pemilu bisa berhasil apabila pemilihnya sendiri tidak tahu kalau ada Pemilu? Media sosialisasi harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat di wilayah bersangkutan. Kesadaran bahwa Pemilu milik bersama juga harus digalakkan sehingga semua pihak bisa bersama turun tangan mewujudkan Pemilu yang keren!
Dan lebih dari semua itu, para caleg harus mulai berpikir untuk tidak sekedar menjual diri, tetapi bagaimana mereka bisa memberikan edukasi kepada publik. Sangat minim caleg sekarang ini yang peduli dengan bagaimana agar bisa mendapatkan hak pilih, bagaimana mengecek tempat penyelenggaraan pemilu, hingga bagaimana alur memilih. Semuanya hanya fokus menjual diri dengan janji-janji yang basi, belum banyak yang sadar akan kekuatan informasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H