Ini adalah tulisan pertama gue semenjak bertahun-tahun ngga nulis. Terakhir kali nulis gue masih SMA, seorang bocah ingusan yang percaya bahwa Soekarno adalah seorang pahlawan tanpa cacat. Ya itu dulu sekarang tidak lagi. Oke tulisan gue ini bukan mau membahas tentang Soekarno, bukan. Tapi tentang behavior warga Jakarta menyikapi pilkada DKI Jakarta kemarin.
Pilkada DKI Jakarta 2012 putaran pertama kemarin membuat gue sadar betapa MANJA nya warga Jakarta, dan mungkin mayoritas rakyat Indonesia, idk.
Mengaku sudah muak dan bosan terhadap kiprah partai politik, mengaku sudah bosan dengan para politikus busuk, tapi tidak mau berubah. Ya warga Jakarta hanya berharap muncul pemimpin yang bisa merubah segalanya, merubah Jakarta, tapi mereka tidak mau merubah diri mereka sendiri.
Lihat aja pilkada tahun ini, Cuma sedikit rakyat Jakarta yang kenal dengan keenam calon kandidat. Dari hasil survey Liputan6, kalo tidak salah Cuma 16,6% yang keenal dengan para calon gubernur dan wakil gubernur. Kalo ngga salah ya. Well gue sendiri penasaran, gue mencoba mencari tahu dengan mensurvey orang-orang di contact BBM gue, dan most of them ngga kenal semua calon gubernur. Kalaupun kenal, mereka ngga tau atau belum baca visi misi dan program-program nya mereka.
Segitu manjanya kah warga Jakarta untuk menolak mencari tahu dulu tentang calon pemimpin mereka sebelum pilkada? Akhirnya sebagian dari mereka Cuma kemakan banyaknya jumlah iklan di televisi, atau kata-kata orang, atau silau dengan media yg menceritakan kisah sukses seorang calon di daerah asalnya, tanpa sadar calon tersebut sudah mengkhianati rakyat di daerah asalnya, mengkhianati sumpah nya sebagai kepala daerah (Jadi kepala daerah pake disumpah kan?).
Atau yang aktif di twitter,langsung tergerak #gimme5 #gimme5. Ngga salah sih, toh gue juga pendukung kandidat nomor 5. Yang menjadi masalah, sudahkah mereka yang berterial #gimme5 ini mencari tau apa sih visi, misi, dan program-program si nomor 5 ini, dan sudahkah dibandingkan dengan visi, misi, dan program kandidat lainnya?
Smart voter atau pemilih pintar harusnya mencermati dulu keenam kandidat secara objektif baru memilih sesuai dengan nuraninya. Kalo udah benar melakukan itu , boleh deh promosi kek di twitter (seperti yang saya lakukan :p) atau jadi relawan dll
Tapi please, sebelumnya cermati dulu semua kandidat secara objektif, tanpa pandang bulu. Cek visi, misi, dan programnya. Setelah itu cek siapa di belakang mereka. Apakah parpol A atau parpol B, tokoh pelanggar HAM berat dan penjual BUMN ke asing, atau konglemerat jahat, atau mungkin sekumpulan warga yang perduli. Jangan lupa periksa apa alasan dia untuk maju. Disuruh partai? Keiinginan memperjuangkan rakyat? Batu loncatan politik? Atau lainnya.
Jangan jadi warga manja yang, ketika pilkada malah jalan-jalan ke Puncak saking skeptisnya ngga ada gubernur yang akan membawa perubahan, anda nanti tidak punya hak untuk marah-marah jika gubernur terpilih gagal membangun Jakarta. Justru anda bertanggung jawab di dalamnya.
Jangan pula jadi warga manja yang tidak mau mencari dan mempelajari para calon. Cuma mau denger kata temen, kata media, kata iklan, kata seseorang influencer yang menulis di blog, kata twitter, apalagi orang yang bilang, “ah si A ngga mungkin menang, suka sih gue sama A tapi daripada buang buang suara mending pilih B”
Please warga Jakarta, jangan ,mau jadi pemilih yang bodoh. Cerdaslah, masih ada 1 putaran lagi pilkada DKI, dan ada pemilu 2014. Mari jadi pemilih yang mandiri, independen, menentukan berdasarkan nurani sendiri bukan sekedar kata orang. Dan jangan ma uterus-terusan disuapin partai politik. Kala uterus-terusan kita manja dan disupain partai politik niscaya negara kita akan hancur.