Sewaktu Amrozi masih hidup, dia hobby bernyanyi dan memegang senjata—yang laganya seperti pemain gitar rock.
Suatu waktu Amrozi bertemu makhluk asing yang tak pernah ia temui di dunia. "Lho! Sampean, kok, ndak pake jenggot? Ndak ngikut Sunnah Rasul, ya?" Di pintu masuk dia kaget, saat melihat bagian wajah makhluk asing itu tak berjenggot.
"Jenggot Saya sudah terbakar, Mas," geramnya, membuat Amrozi bengong.
"Lho, kok bisa terbakar?"
"Barusan Saya masuk ke Neraka. Api neraka telah membuat jenggot Saya terbakar," sahutnya tanpa ragu.
Amrozi tak yakin oleh pengakuan makhluk asing itu. Apalagi makhluk itu baru saja keluar dari dalam. Ia pikir tidak mungkin bahwa tempat itu adalah neraka. "Masa', sih? Api neraka segitu nakalnya?"
"Kalau Mas gak percaya, ayuk, masuk," dengan tegas makhluk itu mengajak Amrozi masuk, agar ia tahu sendiri secara langsung.
"Tunggu dulu!" Amrozi menghela nafas panjang-panjang. "Memangnya di dalam neraka ada apa aja, sih?" Amrozi penasaran, tapi sebetulnya dia ragu masuk ke dalam tempat itu.
"Wah! Sampean ketinggalan zaman, Mas. Kok gak tahu dalamnya neraka? Di sana ada penyanyi Rock, dan musisi-musisinya gak kalah hebatnya dengan yang ada di dunia. Lagi pula, bukankah sampean sudah mendaftar masuk ke neraka?" terang makhluk asing itu dengan tegas.
"Betul, Pak. Saya juga bawa tiket masuknya, kok," timpal Amrozi, pura-pura bawa tiket masuk yang sebetulnya ia berbohong. "Saya jadi penasaran Pak. Ingin segera masuk. Oh! ya, mana petugas nerakanya, Pak?" Dia tak tahu bahwa makhluk asing yang sedang berbicara dengannya adalah malaikat penjaga neraka.
"Sampean iki piye, toh? Saya petugas penjaga nerakanya. Monggo, Mas. Marih masuk," kata Malaikat dengan sopan.