Di tanggal 29, entah di kalender Masehi ataukah di kalender Jawa. Lebih bingung lagi kalau angka 29 dipecahkan menjadi dua: 2 dan 9. Yang dia ingat, wanita itu ingin memesan tiket pesawat di tanggal 29, untuk mudik ke Jawa.Â
   Salah seorang pria pelayan restoran ternama, Wendi namanya. Dia menyukai wanita berkerudung. Paras wanita itu manis, berpenampilan elegan. Sosok Novia mengagumkan. Wanita itu berdarah Jawa-Sumatera. Dari Jawa, ia mendapatkan kulit hitam berwajah manis, dari Sumatera, hidungnya mancung mukanya agak kelihatan belagu.Â
   Pria itu menyukai betul, tapi sayangnya ia tak berani mendekati. Heni salah satu teman kerjanya menyarankannya untuk deketin. "Sebentar lagi dia pulang ke Jawa, lho," celetuk Heni. Dia dan Wendi sedang menyuci piring. Tangan mereka lincah, tak ada satu pun piring kotor yang tertinggal.Â
   "Aku juga tahu," balas Wendi.Â
   "Makanya kamu deketin. Beberapa pekan lagi, dia tak lagi di sini."
   "Karena itu, aku bingung. Aku ragu, aku tak cukup mampu membuatnya jatuh cinta padaku, apalagi dengan jangka waktu sesingkat itu."
   "Ah, jadi cowok jangan pesimis. Just do it guys. I know you can . . . Aku yakin, kamu bisa mendapatkan hatinya. You've to be sure of that."
   "Mentalku tak setebal pintu ruangan ini. You know?"
   Heni terdiam. Wendi terkesan lucu. Menurut Heni, seorang mana pun bisa menaklukan hati seseorang hanya dengan waktu yang tidak harus panjang. Cinta datang tak terduga. Tidak seperti pertemuan presiden harus ada perjanjian terlebih dulu.Â
   "Kamu percaya tidak? Ada kok cinta pada pandangan pertama. Masa' dengan jangka waktu yang lebih dari pandangan pertama kamu nggak bisa?"
   "Nah, itu. Aku belum terbiasa, lho. Deketin dia aja grogi, apalagi buat dia jatuh hati?"