Mohon tunggu...
Dr.Dr.Basrowi.SE.ME.MPd.PhD
Dr.Dr.Basrowi.SE.ME.MPd.PhD Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat adm bisnis Alumni S3 Unair, Alumni S3 UPI YAI Jakarta, S3 Asia e University

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Technopreneurship bagi Difabel Menuju Kemandirian

15 Februari 2024   07:51 Diperbarui: 15 Februari 2024   08:06 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemandirian merupakan kata kunci yang sangat tepat bagi difabel. Meskipun mereka difabel, tekad mereka untuk mandiri terkadang jauh lebih besar dibandingkan SDM normal. Terkadang, justru yang normal menjadi parasit abadi bagi orang lain. Tetapi bagi difabel kemandirian merupakan keniscayaan, yang harus dicapai oleh setiap difabel. 

Technopreneurship merupakan upaya mempersiapkan para difabel untuk menjadi mandiri baik dari sisi lapangan kerja maupun pendapatan. Mereka sangat bangga manakala bisa inklusi dalam mendapatkan pekerjaan. Mereka juga bangga manakala mampu bersaing dengan SDM normal. 

Kemampuan akan keterampilan berusaha di bidang ekonomi bagi difabel perlu dilatih secara lebih sabar dan telaten, meningat pada diri mereka ada perbedaan yang harus dipahami bersama, baik tutor, pendaping, pelatih, maupun teman sebaya yang tengah memberikan pelatihan, pendidikan dan internasilisasi skill yang sangat dibutuhkan oleh mereka. 

Ahli R&D di bidang manajemen tidak boleh nya fokus pada SDM normal, tetapi ilmunya harus diterapkan untuk mereka yang lebih membutuhkan penularan, pendampingan, dan peningkatan semangat untuk mandiri dari sisi pekerjaan dan pendapatan. Banyak ahli-ahli dibidang manajemen dan ilmu lain yang berkaitan dengan technopreneur antipati terhadap mereka. Hal ini harus diubah menjadi simpati kepada mereka dengan cara menularkan ilmunya sehingga mereka bisa mandiri. 

Technopreneur sebagai   masa depan difabel 

Masa depan difabel harus disiapkan dengan baik. Mereka harus dilatih technopreneur sejak dini. Mereka harus diberi bekal keterampilan, skill, knowledge, dan berbagai bekal untuk hidup mandiri, tanpa harus banyak tergantung pada orang lain. Technopreneurship merupakan salah satu strategi yang sangat tepat untuk membantu mereka. Setelah mereka mandiri, tentu tidak perlu lagi banyak tergantung pada orang lain.

E-commerce harus dilatih dan diajarkan kepada difabel. Dengan ketekukan dan keseriusan yang tinggi tanpa diganggu oleh kesibukan dan persoalan lainnya, para difabel diyakini akan lebih lihai dan lebih jago dibandingkan mereka yang normal. Terbukti, banyak sekali difabel yang sukses di bidangnya masing-masing, melebihi yang normal, karena sekali lagii mereka mampu fokus dan tekun dalam satu bidang yang terkadang orang lain (SDM normal) tidak tidak mampu fokus dan tekun.

Kefokusan dan ketekunan melakukan satu aspek lebih penting dan lebih menghasilkan produk dibandingkan melakukan banyak aspek tetapi tidak fokus dan tidak tekun. Sekecil apapun kegiatan, manakala ditekuni secara serius dan fokus pasti akan memberikan hasil yang maksimal. 

Akhir kata, semangat ya bagi para difabel. Anda MAMPU, dan anda Pasti bisa mandiri secara lapangan kerja dan pendapatan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun